Sulis-Keagungan tuhan

"> ">

Minggu, 30 Juni 2013

DZIKRULLOH

DZIKIR SEBAGAI ALAT MENYAPI NAFSU
Seorang Ibu menyapi anak, salah satunya agar ia bisa mandiri dalam berbagai hal, begitu pula dengan dzikir adalah sebagai alat agar tidak bergantung dari nafsu sehingga Ruhaninya bisa mandiri tanpa ketergantungan dari nafsu kita.

Dengan demikian Ruhani tidak selalu bergantung kepada nafsu, sebab ia telah didik untuk bisa mandiri.

Kita ini ibarat anak kecil yang tidak mau berpisah dengan Ibunya, Ia inginya selalu dekat dengan Ibunya. Sebentar saja sang Ibu tidak ada didepan anak tersebut, maka ia akan menangis.

Dengan berdzikir kita dibelajari, dikenalkan, dan diberi pemahaman agar Ruhani mengerti Asal-usul serta Pengasuhnya ( Mursyid )

Dengan berdzikir kita yang terbiasa digandeng oleh nafsu sebagai Inang ( Pengasuhnya ) diambil alih pengasuhnya oleh seorang Mursyid.

Sehingga kita selalu dijaga, diayomi, diasuh, disuapi, dibelajari, dididik dann lain-lainya. Dan suatu saat Pengasuh ( Mursyid ) akan menyapimu...

Apakah kita tetap mengenali Pengasuh kita ? atau kita akan melupakannya...Na'udzubillah.
Laa ilaaha illallalloh

!. Laa ilaaha...
Itu sifatnya Maha tiada kekurangan yaitu Alloh
2. illalloh
Itu sifatnya kekurangan yang masih berkehendak yaitu Muhammad.

Maka jika demikian dapat diketahui pula apa yang bernama Muhammad oleh Alloh Ta'ala dan Apa yang bernama Alloh oleh Muhammad...agar supaya menjadi tauhid pada kalimat yang mulia itu.

Adapun rahasianya oleh Alloh Swt....Karena Alloh itu nama bagi dzat wajibul wujud dan mutlaq yaitu bathin Muhammad dan Alloh itu nama bagi sifat dzahir Muhammad...Jadi dzhohir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Alloh. Sebab kalimat ini merupakan pertemuan antara hamba dan Tuhannya dan kalimat yang mulia ini diumpamakan sebesar gunung, tempat perhimpunan segala rahasia dan ruh, nyawa dan segala hati, tubuh, nama, ilmu, dan segala isi-isinya.

Jadi hakikatnya yang mengucapkan kalimat yang mulia tersebut adalah Dia sendiri, memuji diriNya sendiri>

Layasrifullohu illalloh...tiada mengenal Alloh hanya Alloh.
 
NILAI DZIKIR

Dzikir itu memiliki nilai yang lebih besar dari pada segala amal ibadah, karena nilai dzikir sangat penting (utama) bagi kehidupan, terutama bagi orang2 yg beriman yang diseru untuk melakukan dzikir yang sebanyak-banyaknya.

Pernyataan sebanyak-banyaknya tidak dapat diukur berdasarkan kekuatan orang2 tertentu. Sebanyak2nya berarti bergantung pada kemampuan orangnya, tetapi yg jelas tidak ada batasnya, kapan saja, dimana saja, dalam keadaan apa saja, bila mampu mengamalkan dzikir, justru menunjukan keunggulannya.

INGAT !!!Dalam sembayang harus ada dzikir. Mengamalkan dzikir itu tidak mudah, padahal itu solusi awal bagi manusia. Karena itu sholat diberi bentuk secara lahiriyyah, sholat diinstitusikan dan ditentukan waktunya. Manusia diikat dengan kedisiplinan untuk mengamalkannya dan dzikir tidak efektif bila badan tidak sehat atau tidak segar...maka bagian-bagian tubuh tertentu yg menjadi pokok kesegaran harus dicuci. 
Itulah sebabnya sebelum sholat diisyaratkan berwudhu. Dan berwudhu bukan semata2 membersihkan bagian2 anggota tubuh tertentu, karena itulah berwudhu harus disertai dg niat.
 
FUNGSI DZIKIR
 WA LADZIKRULLOHI AKBAR ( Dzikrulloh itu adalah pekerjaan yg Agung )
Untuk hidup didunia ini ada pendukung selain Roh, yaitu DZIKRULLOH atau disebut juga Ma'ul Hayat, Air Kehidupan, Tirta Nirmala atau Banyu Prawita Suci.   Jika Dzikrulloh ini mengalir keseluruh tubuh baik manusia ataupun makhluk hidup lainnya, baik yang ghoib maupun yang lahir, ia tidak akan mudah busuk bahkan mampu membuat HIDUP LEBIH HIDUP karena adanya daya keampuhan dan kekuatan yang luar biasa dari Yang Maha Agung dari Guru Agung itulah DZIKRULLOH.
Setiap yang kita anggap masalah akan diatasi dengan mulus tanpa kesulitan. Ada empat tempat dalam diri manusia yang ditempati oleh Dzikrulloh yaitu : JASAD, QOLBU, RUH DAN NUR MUHAMMAD tetapi karena ke-ego-an kita semua itu hanya sebagai barang rongsokan, Na'udzubillah....dzolim dzolim dzolim.   
1. DZIKRULLOH DALAM JASAD
Dzikrulloh dalam raga ini sangat berpengaruh kepada kesehatan manusia. Ketika manusia mau mengamalkan dzikir lisan, maka pengaruhnya berupa meningkatnya kekebalan tubuh, kokohnya daya tahan tubuh, semakin cepatnya daya sembuh, semakin kuatnya daya tangkap pikiran dan daya pikir.
Pengaruh itu akan semakin lebih kuat lagi apabila dzikir dikembangkan keseluruh anggota tubuh lahir dan wilayah anggota tubuh batin. Dengan melakukan Dzikir maka musnahlah sifat2 jelek dan munculah sifat2 baik.   
Kenapa Dzikrulloh itu bisa merasakan hidup lebih hidup.
  1. Jika Dzikrulloh mengalir ke OTAK, maka cara berpikir kita akan lebih matang.
  1. Jika Dzikrulloh mengalir di MULUT, maka kita dapat berbicara dengan fasih, ketika mengajak kejalan kebaikan dan merasakan nikmat serta rasa syukur atas pemberian Alloh.
  1. Jika Dzikrulloh mengalir di TELINGA, maka kita dapat mendengar serta memilih yang baik dan buruk.
  1. Jika Dzikrulloh mengalir ke KULIT, kita dapat merasa
  1. Jika Dzikrulloh mengalir ke MATA, kita dp melihat mana sebenarnya yangg harus dilihat.
  1. Jika Dzikrulloh mengalir di HIDUNG, kita dapat bernafas   Bernapas adalah kodrat sedangkan kodrat HIDUP adalah mengamalkan DZIKRULLOH sebagai tugas kehidupan yg dari Maha Agungdari Guru Agung. Berbahagialah orang yang sudah menghidupkan raganya dengan dzikrulloh, dengan demikian Ia meneteskan DZiKRULLOH lebih deras dan memancarkannya keseluruh tubuh lahir dan batin serta selalu bertaqwa kepada Alloh Swt.   
2. DZIKRULLOH PADA QOLBU
BIla hati ( qolbu ) sudah berdzikir maka hiduplah hati. Dzikrulloh ini dapat menghidupkan hati serta membuka pintu2 ilmu yang bermanfaat didunia dan akherat, juga membuka pintu Ilham yang datang dari Alloh Swt.  Dzikrulloh dalam hati mengubah dari CAHAYA IMAN MANJADI CAHAYA KETAKWAAN, dari cahaya penerima ilmu menjadi penyampai ilmu.
Ada beberapa pengaruh Dzikrulloh didalam qolbu:
  1. Jika orang yang semula sulit menerima ilmu menjadi mudah dalam menerima ilmu
  1. Jika orang sulit menyebarkan ilmu, maka menjadi mudah dalam menyampaikan atau menyebarkannya
  1. Jika semula hanya menerima ilmu jadi suka memberikan ilmu walau hanya satu kalimat
  1. Yang semula tertutup pada ilmu manjadi terbuka terhadapnya
  1. Yang semula sulit menerima ilham menjadi mudah menerimanya dan lain-lainya.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya dzikrulloh yang dapat menghidupkan pancaran cahaya qolbu. Terpancarnya cahaya qolbu ini dan tersingkapnya kotoran qolbu memudahkan kita dalam menangkap sinyal-sinyal Ketuhanan, sehingga kita dimudahkan diberi petunjuk atau hidayah sebagaimana yang tertulis dialam Alqur'an Surat At-Taghabun ayat 11 ( Tidak ada suatu musibah pun yg menimpa seseorang kecuali dengan ijin Alloh; dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu )   
3. DZIKRULLOH DALAM RUH
Harus dilandasi dengan dzikir lisan dan qolbu, sehingga berkembanglah dan memancar sampai terdengar oleh ruh. Maka ruh akan meyaksikan sifat-sifat ilahiyyah.   Ketika dzikir telah sampai ke ruh, barulah Dzikrilloh dalam ruh mempengaruhi proses penyucian ruh agar kembali fitrah seperti pada saat ia dilahirkan kedunia. Ruh kembali fitrah berdampak pada qolbu.
Setelah kesucian qolbu mempengaruhi semua organ-organ , qolbu tersucikan karena-Nya, lalu merambat keluarkearah Dzikrulloh yang ada di dalam jasad. Dzikr dalam ruh dapat membuka pancaran dzikrulloh kesumua organ tubuh, baik lahir maupun batin. ini terimplisit didalam QS Al-Insan ayat 6 " (yaitu) mata air ( dalam surga )yang dari padanya hamba2 Alloh minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya."
Pada tahapan dzikir ruh, Ruh sering mendapatkan ilham khusus untuk perjalannya. Ruh berhablum-minalloh sehingga sebagian ruh pun ditampakkan.   
4. DZIKRULLOH PADA NUR MUHAMMAD
Dzikrulloh pada Nur Muhammad ini berfungsi hanya menunggu kedatangan dzikrulloh yang ada didalam ruh. Ruh dijemput oleh hakikat Nur Muhammad setelah jiwa dan raga disucikan melalui dukungan dzikir raga dan dzikir qolbu. Setelah dijemput ruh diantar oleh Nur Muhammad untuk menghadap-Nya. Inilah fungsi dzikrulloh yang dibawa oleh Mursyid kamil mukamil.
 
MENURUT SYECH KALIMULLOH:

1. Ketika qolbu-nya mengumandangkan ( Allohu Alloh Alloh Allohu ) yang ditanam oleh seorang Wali Mursyid. Pada tahap pertama ia seakan-akan tidak mendengarkan, tetapi lama kelamaan ia akan mendengarkannya lewat telinga hati...memang susah kalau tidak istiqomah.

Baru Sang Salik akan merasakan ada sedikit gerakan didalam hatinya, ia akan bingung. Apakah ini gerakan napas, jantung atau angan-angan (imajinasi). Nah disinilah pentingnya tafakur pada setiap malam dengan istiqomah, agar gerakan ini dapat didengar dan sifat keraguan yang demikian itu bakal hilang. Hilangnya keraguan dan timbulnya keyakinan didalam hati adalah tanda dari berhentinya Ilmu yaqin ( ilmu yg di dapat dari usia baligh/secara formalitas ). Pengetahuan ilmu berhenti disitu, sekarang kita tidak melihat dengan mata ilmu, tetapi melihat dengan mata hati . melihat dengan mata hati ini dinamakan ilmu kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat .

Jika seseorang yang berada pada makom makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf, maka ia memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin.

Sehingga keyakinan ini akan timbul, ia akan merasa yakin dan pasti, bahwa hati itulah yg berdebar dan mengumamkan ALLOH....menjadi aktif dan inilah anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung dari Kalimat Agung.
 
2. Manakala Sang Dzakir telah mencapai tahap ini, ia mestilah memelihara dan mendengarkan gerakan ini, baik ketika sedang bersama orang lain ataupun sendiri...( latih dan latih kebiasaan ini pasti bisa menjadi suatu kebiasaan, karena hukum kebiasaan adalah hasil dari kebiasaan itu sendiri ).Ia harus banyak diam, berusaha memeliharanya serta menjaganya agar terus bergerak, Sebab mula-mula gerakan ini sangat lemah dan hambatan kecil saja bisa menghentikannya.

Ini Anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung , ia tidak boleh meremehkannya ( Ntar kena Adzab ), serta berusaha siang malam menjaga dan mengembangkannya. Sekarang bukalah mata zahirmu dan nikmati keadaan mistis ini, sampai akhirnya ia mengembangkan kemampuan itu. 
Bahkan ketika membuka mata zahirnya, ia bisa memperhatikan hatinya yg bergumam. Menurut Syech Kalimulloh keadaan inilah yg disebut " Khilwat dar Anjuman " ( kemampuan menikmati kesendirian meskipun sedang bersama orang banyak ) Subhanalloh...dzolim saya ini.

‎3. Ketika Sang Dzakir mencapai tahap bahwa sang dzakir mulai mendengar Nama ALLOH... ( Ismu Dzat/Asma Alloh ) yg penuh berkah dari lidah hatinya, dan mengetahui bahwa gerakan ini muncul dari dalam hati, maka gerakan ini bisa disebarkan keseluruh tubuh atau seluruh anggota badan lainnya ( warning harus seizin Guru Mursyid/Wakil Talqin ).

Demikianlah gerakan ini timbul pertama kali dalam sebuah anggota tubuh sang Hamba : kadang2 ditangan, dikepala, dan kadang-kadang dikaki, sekalipun sang hamba sama sekali tidak sengaja menggerakan bagian anggota tubuh itu serta hanya berkosentrasi hanya pada hati saja. Ketika cahaya dzikir mulai menyebar, maka cahaya ini pun menyelimuti seluruh tubuh dalam waktu sangat singkat, dan tubuh sang hamba dari ujung kepala hingga ujung kaki...dipenuhi dzikir.

Pada tahap ini berbagai keadaan mistis pun dialami, terkadang ia merasa bahagia, terkadang kesal dan bingung. Hanya saja sang hamba mestilah berusaha untuk tidak memperhatikan keadaan2 ini. Ia mestinya terus menerus berdzikirIa mesti terus-menerus melakukan dzikir, yang merupakan tugas pentingnya. Dengan Karomah dan berkah Sang Mursyid yang Kamil Mukamil, dzikir Nama ALLOH pun memancar dari seluruh tubuhnya dan segenap anggota tubuhnya berjalan selaras dengan hati. 
Dalam keadaan seperti ini dominasi dzikir bisa lebih besar pada satu bagian anggota tubuh dan lebih kecil pada anggota tubuh lainnya. Jika hal ini tersebar merata dalam seluruh tubuh, Maka sang dzakir merasa sangat gembira dan bahagia. Dalam terminologi kaum Sufi keadaan yg demikian disebut SULTHAN ADZ-DZIKIR.

4. Pada tahap ini, Syech Kalimulloh mengingatkan kita perihal prinsip para sufi besar bahwa tujuan dzikir adalah kefanaan diri dalam dzat Maha Benar yang diingat, dan bukan kefanaan atas nama Dzat Maha Besar yg diingat, Karena itu Sang hamba hendaknya tidak memusatkan perhatiannya pada sekedar mengucapkan kata ALLOH saja, entah kata ini diucapkan oleh lidah atau oleh hati.

Meskipun yang mengamalkan yang demikian ini sangat bermanfaat dan seseorang memperoleh pahala, tak urungtanpa merasakan kehadiran Dzat Maha Benar yang diingat, dzikir ini tidak akan membimbing dan mengantarkan pd kehadiran Dzat Yang Maha Benar yang tengah dicari. 
Karena tujuaan dzikir itu adalah " Fana Fi Alloh " atau kefanaan diri dalam kehariban Dzat Yang Maha Benar dan bukan yg menempel pada Namanya...Disinilah tahap itu yg sangat sulit dan membingungkan, oleh karena itu Sang Dzakir harus selalu dibawah bimbingan seorang Mursyid/Wakil Talqin...Untuk membedakan antara Yang Maha Benar, Yang Maha Agung, Yang Maha Esa ( Tunggal ) dan lain-lainya...karena itu masih menempel pd sebuah nama...Pahamkanlah. Untuk masuk pada hakikat yang dikandung Sebuah nama itu, perlu dibongkar oleh orang yang kamil mukamil.

5. Ketika Sang hamba sampai pada tahap Sulthan Adz-Dzikir. kadang-kadang terjadi bahwa ia merasakan ada gerakan dalam nadi dan hatinya, yg sifatnya berbeda dari gerakan pertama. 
Misal gerakan yang dihasilkan oleh dzikir tidaklah bersifat terus menerus, sementara gerakan baru ini bersifat terus-menerus. Dalam ungkapan lain,Gerakan pertama menyerupai hu hu hu hu atau Alohu Alloh...yang disitu ada jedanya. Sementara gerakan yang kedua menyerupai " HU " yang dipanjangkan. ( lagi-lagi ini perlu dikonsultasikan dg Sang Mursyidnya ). Dengan kata lain gerakan pertama tidak teratur, sementara gerakan kedua bersifat terus menerus.

Gerakan kedua lebih halus ketimbang gerakan pertama dan bisa dirasakan sesudah banyak melakukan amalan. Disinilah penyakit keragu-raguan itu timbul, Apakah yang diingat adalah sebuah nama saja ataukah Nama itu adalah Yang Maha Benar. Disinilah posisi " La bi syarth asy-syay (tanpa syarat apapun). Hanya saja apapun yang dirasakan oleh Sang hamba melalui gerakan yang kedua adalah sepenuhnya termasuk dalam dunia jasmani, dan berkenan dengan tahap " bi syarth al-la syay ". 
Lantas bagaimana ini bisa diidentifikasikan dengan Dzat Yang Maha Benar yang diingat atau yang dicari...yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa? Disinilah wilayah yang tidak bisa ditulis...hanya limpahan dari Mursyidlah yang dapat membongkarnya.‎

6. Gerakan yang terus menerus ini dirasakan oleh sang hamba, sebagian orang merasakan menyebar keseluruh tubuh, dan sebagian lagi merasakannya pada anggota tertentu. Perasaan ini mengarahkan perhatiannya kepada Dzat Yang Maha Benar yang dicari. 
Kalau belum bisa, maka kosentrasi diarahkan pada hati jasmani tanpa menyebut-nyebut nama Alloh. Sekiranya setelah itu perhatian tidak juga terarah pada Dzat Maha Benar yang dicari, maka perhatian mestilah dicamkan kepadanya dengan mengambil nama Alloh. 
Akan tetapi, mesti perhatian kepada Nama saja tanpa memikitkan Dzat Maha Benar yang dinamai ( ALLOH ) sangat berbahaya lantaran mampu menaklukan tujuan hakiki. Cukup sampai disini...karena pengetahuan diatas sudah sangat membingungkan bagi para pemula. Sekali lagi, dekatilah orang yang bisa bergaul bersama Alloh, karena ia akan menghantarkan kita pada tujuan yg Hakiki.
 
 
DZIKIR KHOFI
Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Dzarr! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan!”, Abu Dzarr bertanya: “Apa itu khamilan?”
Sabda Rasul: “Khafi (dalam hati)” (Mizan al-Hikmah 3: 435)

TAHAP pertama zikir adalah zikir lisan. Kemudian zikir kalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri. Inilah rahasia dari sabda Nabi saw: ” Siapa ingin bersenang – senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah”.

TANDA bahwa sebuah zikir sampai pada sirr (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.

Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur (hadirnya kalbu). Salah satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup.

Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala. Zikir yang masuk ke dalam sirr terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.

KETAHUILAH, setiap zikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sirr sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.

Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Zikir Sirr. Itulah yang disebut dengan Zikir Khafiy.

Allah SWT berfirman: “Dan berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai” (QS. 7: 205)

REZEKI lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Allah dan bersama Allah.

Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan komsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.

Allah SWT berfirman, “Orang–orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah.”

Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu. Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs–mu , kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sirmu.

Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau berzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu.

Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah (’Arsy) beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan sirmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir tersebut bersambung dengan zat–Nya.

Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq as berkata: “Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorangkecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman: “Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri”.

DI DALAM riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. “ (Al-Hadits)

Bila sang hamba mampu melanggengkan Zikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan dari nama-nama-Nya maka ia akan merasakan kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-Nya.

Perasaan akan kehadiran-Nya ini akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat. Jika di hadapan anak yang sudah akil baligh saja manusia malu untuk berbuat dosa dan membuka auratnya, maka bagaimana ia tidak malu untuk membuka auratnya dihadapan Sang Khaliq?

Mengapa kita tidak merasa sungkan dan malu berbuat hal-hal yang tidak layak di hadapan Sang Khaliq? Itu karena keyakinan kita atas kehadiran-Nya di setiap eksistensi tidak sebagaimana keyakinan kita ketika kita melihat kehadiran sang anak yang akil baligh tersebut.

Apabila kita ingin mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan Zikir Khafi sampai pada suatu tahapan di mana hati kita berzikir secara otomatis seperti gerak detak jantung dan tarikan-tarikan nafas kita (yang tidak kita kendalikan)

Imam Ali Zainal ‘Abidin as di dalam do’anya:

“Ilahi, Ilhamkanlah kepada kami Zikir kepada-Mu
di kesendirian maupun di keramaian,

di malam hari maupun di siang hari,

secara terang-terangan, maupun secara rahasia (sembunyi),

di saat gembira maupun di saat kesusahan,

jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berzikir al-khafi“
(Bihar al-Anwar 94 : 151)

Laa haula wa laa quwwata illa billah – Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua.
 
 HARAPAN PADA HARI AKHIR

Adalah harapan agar manusia memasuki dunia tanpa waktu, karena kemarin, hari ini dan esok sirna dalam HATI, dan yg ada hanya waktu bersama Alloh, itulah Iman kepada hari akhir. Sudahkah kita seperti itu? perbarui perbarui perbarui...
 
Walau ia berada ditengah makhluk, ditengah perubahan ruang dan waktu, tetapi jiwanya tanpa ruang dan waktu. Tak tergoyahkan tak terpalingkan dari apapun walau zaman menggulungnya. Karena Ia bersama Alloh disana.
 
Berdzikir kepada Alloh sebanyak-banyaknya adalah sebuah ekspresi dari Liqo'Alloh ( bertemu Alloh )
Setelah harapannya tercapai dan ia mewujudkan dalam setiap waktu bersama-Nya, dimana dan kapan saja.
 
Segalanya adalah dzikir, namun segalanya adalah Al-Madzkur ( yg didzikiri, Alloh Ta'ala ) Kemanapun ia menghadap disanalah wajah Alloh.
 

DZIKIR DALAM TAREKAT

Tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti:
jalan atau petunjuk jalan atau cara, Metode, system (al-uslub), mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), keadaan (al-halah) tiang tempat berteduh,tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
 
Menurut Al-Jurjani ‘Ali binMuhammad bin ‘Ali (740-816 M),tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta ’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
DZIKRULLAH (Menggapai Ketenteraman Hati)

Di dalam ajaran Islam, dzikrullah berarti menjaga hati untuk selalu menyebut dan mengingat Allah Swt.
Menurut kalangan sufi, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali dan Ibn Athaillah,
Dzikir kepada Allah Swt memiliki tiga bagian.


Pertama, dzikir lisan-disebut dzikr jali (jelas);
yaitu mengingat Allah Swt dengan ucapan lisan, yang berupa ucapan pujian, syukur, dan doa kepada-Nya. Misalnya, seseorang mengucapkan tahlil (la ilaha illaallah), tasbih (subhanallah), dan takbir (allahu akbar).

Rasulullah memberi contoh dzikir, seperti disebutkan di dalam hadits, “Kalau aku membaca subhanallah wa al-hamdu lillahi wa la ilaha illallah wallahu akbar, maka bacaan itu lebih aku gemari daripada mendapatkan kekayaan sebanyak apa yang berada di bawah sinar matahari.” (HR Muslim).


Kedua, dzikir hati-disebut dzikr khafi (sembunyi);
yaitu mengingat Allah Swt dengan khusyuk karena ingatan hati, baik disertai dzikir lisan ataupun tidak. Seseorang yang melakukan dzikir semacam ini, hatinya senantiasa memiliki hubungan dengan-Nya; merasa kehadiran Allah Swt di dalam dirinya. Ketika berdzikir, kita sesungguhnya dekat dengan Allah Swt.


Ketiga, dzikir jiwa-raga, dzikr haqiqi;
yaitu mengingat Allah Swt yang dilakukan seluruh jiwa dan raga, baik lahiriah maupun batiniah, di mana dan kapan saja. Jiwa dan raga kita hanya mengerjakan perintah-perintah Allah Swt dan menghindarkan diri dari berbagai larangan-Nya. Inilah tingkatan paling tinggi dalam mengingat Allah Swt, seperti diakui kalangan sufi.


Faedah-Faedah Dzikir :
Bila seseorang benar-benar melaksanakan dzikir sesuai dengan yang dikehendaki Allah Swt dan Rasul-Nya, maka setidaknya ada 20 faedah yang diperoleh oleh orang tersebut, yaitu :
 
  1. Baik sangka kepada Allah Swt. 
  1. Mendapat rahmat dan inayah dari Allah Swt. 
  1. Memperoleh sebutan dari Allah Swt dihadapan hamba-hamba pilihan. 
  1. Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah Swt. 
  1. Melepaskan diri dari azab Allah Swt. 
  1. Memelihara diri dari godaan setan dan membentengi diri dari maksiat. 
  1. Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 
  1. Mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah Swt. 
  1. Memberikan sinar kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa. 
  1. Menghasilkan tegaknya suatu rangka dari Iman dan Islam. 
  1. Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan di hari kiamat. 
  1. Melepaskan diri dari perasaan menyesal. 
  1. Memperoleh penjagaan dan pengawalan dari para malaikat. 
  1. Menyebabkan Allah Swt bertanya kepada para malaikat yang menjadi utusan Allah Swt tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu. 
  1. Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang berdzikir, walaupun orang orang tersebut tidak berbahagia. 
  1. Menyebabkan dipandang “ahlul ihsan”, dipandang orang-orang yang berbahagia dan pengumpul kebajikan. 
  1. Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah Swt. 
  1. Menyebabkan terlepas dari pintu fasiq dan durhaka. Karena orang yang tiada mau menyebut Allah Swt (berdzikir) dihukum orang yang fasiq. 
  1. Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh disisi Allah Swt. 
  1. Menyebabkan para Nabi dan orang Mujahidin (syuhada) menyukai dan mengasihi.  
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dengan dzikir kepada Allah Swt, akan tergapai ketenteraman hati, sebagaimana firman-Nya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [013]:28). 
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan dzikir kita kepada Allah Swt, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun, agar hati kita selalu tenteram lantaran selalu ingat kepada Allah Rabbul Izzati, amin.

 
Menemui Alloh 
Bismilah...

Nawaitu dzikrullaahi ta’ala........... Hamba niat dzikrullah
Al jasadu kiblatul qolbi..............Jasad saya menghadap ke hati
Wa qolbi kiblatur ruuhi................ Hati saya menghadap ke ruh
Wa ruuhi kiblatullaahi Ruuh......... saya menghadap ke Allah

Ilahi anta maqsudi waridhoka mathlubi a'thini mahabbataka wa ma'rifataka

“Hai manusia, sesungguhnya engkau harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemui Tuhan-mu, sampai engkau bertemu dengan-Nya” (QS Al Insyqaq 84 : 6)

Berjumpa dengan Tuhan adalah dambaan setiap manusia dan itu merupakan impian tertinggi yang selalu dicita-citakan oleh semua orang. Ketika berbicara tentang “Berjumpa dengan Tuhan” maka yang terbayang pada semua orang adalah Kematian, Setelah manusia meninggal dunia (nafas berhenti) barulah ada peluang berjumpa dengan Tuhannya. Berjumpa dengan Tuhan setelah kematian itu sifatnya spekulatif, (bisa ya bisa juga tidak) lalu bagaimana kalau setelah meninggal kita tidak pernah berjumpa dengan Tuhan?

Kenikmatan tertinggi bagi penduduk Surga adalah melihat wajah Tuhan, artinya ada kemungkinan orang yang di surga tidak bisa melihat Tuhan, tentu saja mustahil bagi orang yang tidak masuk surga bisa berjumpa dengan Allah.

Andai nanti kita tidak berjumpa dengan Tuhan di akhirat, lalu mau kemana kita? Mau balik ke dunia???

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa proses perjumpaan dengan Tuhan itu berlangsung di dunia dan proses situ harus kita selesaikan di dunia ini juga sehingga di akhirat kita tidak lagi mengalami kesulitan menemui Allah. Yang diperlukan adalah kesungguhan kita untuk semaksimal mungkin berusaha menemui-Nya.

“Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemui-nya dan bila ia enggan menemui-Ku, Akupun enggan menemui-nya” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Firman Allah dalam hadist qudsi di atas memberi gambaran kepada kita bahwa Allah ingin sekali ditemui namun terkadang hamba-Nya yang lalai dengan kesibukannya sendiri.

Menemui Allah, ya berjumpa dan memandang wajah-Nya itulah kenikmatan yang paling tinggi yang dirasakan oleh para pecinta-Nya.

Kalau di dalam shalat kita tidak merasakan kehadiran-Nya ( Hidupnya Qolbu ) berarti kita belum berjumpa dengan-Nya, maka kita harus belajar lagi sampai kita bermakrifat kepada-Nya.

Syukur Alhamdulillah berkat Syafaat Rasulullah dan bimbingan Guru Mursyid,Kita sudah menemuinnya baik lahir maupun bathin
GERBANG PINTU AGUNG

Sudah waktunya kita mengenal dan mengamalkan wirid thoriqoh agar bisa memasuki gerbang ilahi. Jangan katakan dan menyesali serta menangisi kenapa sekarang ini kita belum bisa memasulinya ?

Rumah Agung itu sesungguhnya adalah Hati kita sendiri. Kenapa selama ini kita sudah wirid dan dzikir kok biasa-biasa saja...sebab wirid dan dzikir yg kita lakukan selama ini ada campur tangan hawa nafsunya.

Jangan dikira setiap kebajikan dan derajat ruhani seseorang tidak diikuti oleh nuansa nafsu, sebagai ujian bagi orang itu.

Ahli ibadah misalnya, tantangan terberat adalah nafsunya sebagai ahli ibadah. Diantara nafsu yg muncul dari ahli ibadah itu misalnya, " Rasa bangga sebagai ahli ibadah, merasa paling dekat dg Alloh, merasa bisa istiqomah, lalu orang lain dibawah dia dan seterusnya.

Karena itu langgengkan dzikir jahar dan dzikir khofi. sambung terus ruhmu dg dzikir khofi dimana, kapan dan dalam situasi apapun, baik suka maupun duka, gembira maupun gelisah.
 
SYAHADATAIAN

Adalah bentuk kepasrahan dan keislaman kita. Segala bentuk kemakhlukan lahir dan bathin haruslah terhapuskan agar tidak menjadi berhala ketika qolbu kita tawajuh kepada Alloh Swt.

Seluruh pengakuan iman kita ada didalam syahadatain yg harus segera kita wujudkan dalam praktek ibadah lahir dan bathin kita. Jika mengingat Alloh (berdzikir) melalui musyahadah segalanya tiada (Sifat Adam), yang ada hanya sifat kemuhammadiyahan (Sifat Mursyid)

Karena dengan melalui beliaulah (mursyid) cahaya Nubuwwah kita mengenal Alloh dan Musyahadah kepadaNya, sehingga Alloh memantulkan fadhal dan rahmatnya kepada kita.
TAKBIR ( Allohu Akbar )

Adalah perjalanan terakhir dari sifat Adam ( Tiada ) kepada sifat kemuhammadiyahan ( Hidupnya sang Mursyid didalam qolbu ) adalah sebuah pengakuan amaliyah dan maqomat serta nuansa terdalam dari ruhaniyah manusia.

Itulah perjalanan tawajuh dari sifat Adam kewilayah kemuhammadiyahan.
 
 
“Hai’atil Maknun”.
BILA AKU CERITAKAN NISCAYA HALAL DARAHKU
Sangat sulit menjelaskan hakikat dan makrifat kepada orang-orang yang mempelajari agama hanya pada tataran Syariat saja, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan tetapi tidak memiliki ruh dari pada Al-Qur’an itu sendiri. Padahal hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah Rasulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari Allah SWT. Hapalan tetap lah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya rendah tidak adakan mampu menjangkau hakikat Allah, otak itu baharu sedangkan Allah itu adalah Qadim sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada Qadim. Kalau anda cuma belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai kehadirat Allah dengan dalil yang anda miliki maka saya memberikan garansi kepada anda: PASTI anda tidak akan sampai kehadirat-Nya.
Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran dengan ucapan orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh hawa nafsu, dalam Al-Qur’an disebuat Qatamallahu ‘ala Qukubihum (Tertutup mata hati mereka) itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan.
Rasulullah SAW menggambarkan Ilmu hakikat dan makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun” artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang dibawakan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seoranpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salamy)
Di dalam hadist ini jelas ditegaskan menurut kata Nabi bahwa ada sebagian ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama Allah yakni Ulama yang selalu Zikir kepada Allah dengan segala konsekwensinya. Ilmu tersebut sangat indah laksana perhiasan dan tersimpan rapi yakni ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain.
Masih ingat kita cerita nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk menjaga harta berupa emas yang tersimpan dalam rumah, kalau rumah tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya akan dicuri oleh perampok, harta tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan makrifat yang sangat tinggi nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu syariat yang harus tetap dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak berhak.
Semakin tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut :
“Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)
Hadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang dengan Ilmu Thariqat? Karena ilmu itu memang amat rahasia, sahabat nabi saja tidak diizinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari nabi izin itu diteruskan kepada Khalifah nya terus kepada para Aulia Allah sampai saat sekarang ini.
Jika ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang belum berbait zikir atau “disucikan” sebagaimana telah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang cuma Ahli Syariat semata-mata, maka sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah dlolalah. Tentang pembelaan dari Ahli Thariqat dapat anda baca disini
Dan mereka ini mempunyai I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut jelas diingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang pertama artinya ilmu Thariqat itu intisari dari Ilmu Syari’at.

Oleh karena itu jika anda ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan Ma’rifat secara mendalam maka sebaiknya anda berbai’at saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid (Khalifah) yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh dan ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan buku-buku lalu mengingkari bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli thariqat.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar