Sulis-Keagungan tuhan

"> ">

Minggu, 30 Juni 2013

SEEKOR KUPU-KUPU


Tujuan hidup bagi diri manusia adalah kehidupan itu sendiri yaitu untuk mencapai kesempurnaan dan kemulyaan . Dengan demikian tujuan hidup ini yang paling pokok, ialah hidup senang, tentram, mulya, bahagia dzohir bathinnya.
Untuk menuju sifat kesempurnaan itu, kita harus belajar meninjau perbuatan kepada hidup dari beberapa serangga sebagai perumpamaan dari sifat tidak sempurna menuju kesifat kekesempurnaannya semisal seekor kupu-kupu :
1.   Dari telur lalu menetas maka lahirlah seekor ulat yang berkeliaran dari satu pohon ke pohon yang lainnya, mencari makan daun-daunan untuk kelangsungan hidupnya.
2.   Ia sama sekali tidak mengerti bahwa induknya adalah seekor Kupu-kupu yang cantik dan dapat terbang.
3.   Selang beberapa hari si Ulat berhenti sebagai pemakan daun-daunan, kemudian ia mencari tempat yang aman untuk berlindung. Selanjutnya ia mengerutkan dirinya dengan kelamad yang keluar dari mulutnya dan nanusnya, setelah cukup kuat, ia diam seribu bahasa seolah-olah bertapa atau melakukan riyadzoh, kemudian, badannya yang tadinya gembur dan bergelang-gelang, kini menjadi kepompong tetap dalam kondisi diam sama sekali tidak bergerak!
4.   Phase terahir dari “ Riyadzohnya ” menjadikan ia seekor Kupu seperti induknya, dan kini sempurnalah hidupnya. Tidak lagi makan daun-daunan tetapi menghisap madu yang segar dan manis itu, dan tidak lagi berjalan dengan kakinya yang 12 buah, kini ia dapat terbang!
 
Dari proses perjalanan ruhani yang dilakukan oleh seekor kupu-kupu ; dari telur hingga menjadi seekor kupu-kupu yang cantik,adalah mengandung sebuah pelajaran bagi umat manusia.  Andai kata manusia “belum ada” sebagai manifestasiNYA Yang Maha  Agung  itu, saya kira dunia ini hanya terisi oleh makhluk-makhluk sekian juta jenisnya itu, akalnya (nalurinya) hanya dibatasi bentuk-bentuk sifatnya. (Yang segera punah)!!
 
Karena itu sebagai tujuan terakhir dari sifat-sifat hidup yang membisu dan akal terbatas itu lahiriyah manusia! Manusia yang serta merta membawa segala kebutuhan-kebutuhan dari segala kemauan yang tersalur melalui bahasa dan indera-inderanya! Mungkin tepat adanya anggapan; “kehendakNYA tidak akan sampai terwujud sekaligus menuju ketujuanNYA : tanpa lebih dahulu meleburkan sifat kehendak kepada-Nya.
 
Tapi kenapa manusia yang jelas-jelas terdapat sifat kesempurnaan masih saja mencuri, menipu, merampok, jadi jahat dan sebagainya? Jawaban itu dapat dikembalikan, pada : sifatNYA yang secara dinamis dan fleksibel bahwa adanya sifat dan watak manusia yang demikian, adalah sifat-lawanNYA sebagai keseimbangan! 
Dan disinilah maka tujuan hidup itu terus berkembang dan mengurangi keseluruhan sifat-sifat diatas; apakah ia akan mati, berputus asa, bosan dan lain-lain sifat-sifat yang ia arungi, memang itulah tujuan hidup yang sebenarnya, menuju Insan Kamil
 
Bagaimana bentuk serta alam Insan Kamil itu, yang terdapat pada setiap individu manusia? Jawabannya hanya berkisar pada hati. Kita puas dan bahagia hidup dengan hasil usaha sesuai sifat lingkungan dan alam sekitar, apakah ia kuli, bakul air, atau saudagar sekalipun seharusnya merasa senang dan bahagia dengan hasil ikhtiyarnya! Banyak orang-orang mewah namun hasil daripada perbuatan yang eksesnya merugikan orang lain, bentuk korupsi, penipuan atau menghisap tenaga manusia dan lain-lain yang erat hubungannya dengan kejahatan-kejahatan!.
 
Kemudian, hidup yang meraka anggap senang dan puas; nafsu-nafsu mereka mungkin diselubungi adanya sifat kekurangan-kekurangan apakah dilihat dari sudut teknologi atau kesehatan, pertanian dan politik, kesemuanya untuk mewujudkan sifat Insan Kamil, kesempurnaan yang harus dicapainya apakah akan mewujudkan kendaraan ruang angkasa, pertanian-pertanian yang menghasilkan buah yang melimpah dan gemuk-gemuk, obat-obatan yang membentuk keremajaan kembali, semuanya adalah tujuan hidup menuju ke Insan Kamil

Pada Fase terakhir inilah kita perlu belajar dengan istiqomah, kalau ulat menggunakan kakinya yang 12 untuk mencapai kesempurnaan yaitu menjadi kupu-kupu sehingga bisa terbang. Begitu juga dengan kita, untuk mencapai kesempurnaan seperti itu kita perlu menggunakan alat yang 12 tersebut, yaitu Laa ilaaha illalloh, sehingga kita bisa terbang

Demikian gambaran secara umum yang didasarkan kepada “kelahiran” yang aspeknya hanya mementingkan rasa; padahal tujuan yang pokok dari Insan Kamil ( Kesempurnaan ) adalah “hidup dan mati” yang seharusnya pada tingkat dan rasa yang sama. Kalau awal kejadiannya tiada rasa apa-apa akhir kejadiannyapun seharusnya juga dapat mencapai alam yang tiada rasa (Layu Khayafu!), atau luluhnya busana kemanusiaan menjadi busana Yang Maha Agung

Tidak ada komentar :

Posting Komentar