Sulis-Keagungan tuhan

"> ">

Minggu, 30 Juni 2013

Menggapai Kesempurnaan

Al-Tampanie

'Aib atau kekurangan diri adalah perihal kemanusiaan yang lumrah pada diri setiap orang. Namun dalam tulisan ini 'aib yang dimaksud adalah berkaitan dengan akhlaq madzmumah  yang sudah semestinya dihilangkan. Akhlaq merupakan alat penting yang menjadi barometer kesusksesan seseorang dalam menggapai kesempurnaan iman, sebagaimana telah disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW: "AKMALUL-MU'MINIINA IIMAANAN AHSANUHUM KHULUQON/Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah mereka yang memiliki akhlaq yang terbaik".
Memang, sangat tidak mudah untuk mengganti akhlaq buruk dengan akhlaq yang baik. Dibutuhkan ekstra perjuangan bathin/mujahadah yang kuat yang berlandaskan himmah/cita-cita luhur untuk menjadi hamba Alloh yang dicintai-Nya. Untuk itu, ada beberapa jalan yang bisa kita terapkan guna membantu prosses  mujahadah tersebut.
Pertama:
Sebisa mungkin kita memiliki seorang guru yang mumpuni dalam olah bathin, dalam konteks tashowwuf guru yang demikian biasa disebut sebagai MURSYID KAMIL MUKAMMIL. Guru yang telah mencapai derajat Mursyid biasanya memiliki "Bashiroh/mata hati" yang tajam, yang mampu menembus pribadi setiap manusia terutama para murid-murid yang berada di bawah tanggung jawabnya. Beliau-beliau inilah yang bisa kita mintakan nasehat untuk peningkatan kualitas akhlaq kita.
Kedua:
Melalui sahabat atau teman yang shiddiq, jujur dan ikhlas untuk terus menerus mengingatkan kita. Hal semacam ini pernah dicontohkan oleh Sayyidina Umar bin Khothob RA, beliau berkata:"Semoga Alloh melimpahkan kasih sayang kepada orang yang mau menunjukkan keburukanku"..dan memang hal itu beliau lakukan dengan meminta salah seorang shahabat yang bernama Hudzaifah untuk menasehatinya. Beliau berkata:"Wahai Hudzaifah, engkau adalah pemegang rahasia orang-orang munafiq yang telah diketahui oleh Rosulullah SAW, apakah engkau melihat dalam diriku ada sifat-sifat munafiq itu?"  Bayangkan, sekaliber Umar bin Khoththob RA saja masih memerlukan nasehat dari orang lain, bagaimana dengan kita?
Ketiga:
Melalui musuh yang sangat membenci kita. Biasanya apabila seorang membenci orang lain, orang tersebut sangat suka mencari-cari keburukan orang yang dibencinya. Nah..dengan kebesaran jiwa sebisa mungkin kita ambil manfaat dari orang yang membenci kita yang mungkin kerap menuding semua keburukan kita. Sahabat baik belum tentu mau membuka keburukan kita di hadapan kita sebab  biasanya ada rasa sungkan.
Keempat:
Berbaur dengan sesama. Pergaulan dengan sesama sangat diperlukan apabila diniatkan dalam rangka saling memberi manfaat. Dalam pergaulan, biasanya kalau ada sesuatu yang dianggap buruk oleh kebanyakan orang maka bisa dipastikan bahwa hal itu memang buruk. Dari sinilah kita bisa mengambil pelajaran untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk itu.
Terakhir, mari kita sama-sama berdoa..semoga Allah senantiasa membimbing setiap langkah hidup kita..
"ALLOHUMMA WAFFIQNAA LI MAA TARDHOO"

Tidak ada komentar :

Posting Komentar