DZIKIR SEBAGAI ALAT MENYAPI NAFSU
Seorang
Ibu menyapi anak, salah satunya agar ia bisa mandiri dalam berbagai
hal, begitu pula dengan dzikir adalah sebagai alat agar tidak bergantung
dari nafsu sehingga Ruhaninya bisa mandiri tanpa ketergantungan dari
nafsu kita.
Dengan demikian Ruhani tidak selalu bergantung kepada nafsu, sebab ia telah didik untuk bisa mandiri.
Kita ini ibarat anak kecil yang tidak mau berpisah dengan Ibunya, Ia inginya selalu dekat dengan Ibunya. Sebentar saja sang Ibu tidak ada didepan anak tersebut, maka ia akan menangis.
Dengan berdzikir kita dibelajari, dikenalkan, dan diberi pemahaman agar Ruhani mengerti Asal-usul serta Pengasuhnya ( Mursyid )
Dengan berdzikir kita yang terbiasa digandeng oleh nafsu sebagai Inang ( Pengasuhnya ) diambil alih pengasuhnya oleh seorang Mursyid.
Sehingga kita selalu dijaga, diayomi, diasuh, disuapi, dibelajari, dididik dann lain-lainya. Dan suatu saat Pengasuh ( Mursyid ) akan menyapimu...
Apakah kita tetap mengenali Pengasuh kita ? atau kita akan melupakannya...Na'udzubillah.
Dengan demikian Ruhani tidak selalu bergantung kepada nafsu, sebab ia telah didik untuk bisa mandiri.
Kita ini ibarat anak kecil yang tidak mau berpisah dengan Ibunya, Ia inginya selalu dekat dengan Ibunya. Sebentar saja sang Ibu tidak ada didepan anak tersebut, maka ia akan menangis.
Dengan berdzikir kita dibelajari, dikenalkan, dan diberi pemahaman agar Ruhani mengerti Asal-usul serta Pengasuhnya ( Mursyid )
Dengan berdzikir kita yang terbiasa digandeng oleh nafsu sebagai Inang ( Pengasuhnya ) diambil alih pengasuhnya oleh seorang Mursyid.
Sehingga kita selalu dijaga, diayomi, diasuh, disuapi, dibelajari, dididik dann lain-lainya. Dan suatu saat Pengasuh ( Mursyid ) akan menyapimu...
Apakah kita tetap mengenali Pengasuh kita ? atau kita akan melupakannya...Na'udzubillah.
WA LADZIKRULLOHI AKBAR ( Dzikrulloh itu adalah pekerjaan yg Agung )
Untuk hidup didunia ini ada pendukung selain Roh, yaitu DZIKRULLOH atau
disebut juga Ma'ul Hayat, Air Kehidupan, Tirta Nirmala atau Banyu
Prawita Suci. Jika Dzikrulloh ini mengalir keseluruh tubuh baik
manusia ataupun makhluk hidup lainnya, baik yang ghoib maupun yang lahir,
ia tidak akan mudah busuk bahkan mampu membuat HIDUP LEBIH HIDUP karena
adanya daya keampuhan dan kekuatan yang luar biasa dari Yang Maha Agung
dari Guru Agung itulah DZIKRULLOH.
Setiap yang kita anggap masalah akan
diatasi dengan mulus tanpa kesulitan. Ada empat tempat dalam diri manusia
yang ditempati oleh Dzikrulloh yaitu : JASAD, QOLBU, RUH DAN NUR MUHAMMAD
tetapi karena ke-ego-an kita semua itu hanya sebagai barang rongsokan,
Na'udzubillah....dzolim dzolim dzolim.
1. DZIKRULLOH DALAM JASAD
Dzikrulloh dalam raga ini sangat berpengaruh kepada kesehatan manusia.
Ketika manusia mau mengamalkan dzikir lisan, maka pengaruhnya berupa
meningkatnya kekebalan tubuh, kokohnya daya tahan tubuh, semakin cepatnya daya
sembuh, semakin kuatnya daya tangkap pikiran dan daya pikir.
Pengaruh
itu akan semakin lebih kuat lagi apabila dzikir dikembangkan keseluruh
anggota tubuh lahir dan wilayah anggota tubuh batin. Dengan melakukan
Dzikir maka musnahlah sifat2 jelek dan munculah sifat2 baik.
Kenapa Dzikrulloh itu bisa merasakan hidup lebih hidup.
- Jika Dzikrulloh mengalir ke OTAK, maka cara berpikir kita akan lebih matang.
- Jika Dzikrulloh mengalir di MULUT, maka kita dapat berbicara dengan fasih, ketika mengajak kejalan kebaikan dan merasakan nikmat serta rasa syukur atas pemberian Alloh.
- Jika Dzikrulloh mengalir di TELINGA, maka kita dapat mendengar serta memilih yang baik dan buruk.
- Jika Dzikrulloh mengalir ke KULIT, kita dapat merasa
- Jika Dzikrulloh mengalir ke MATA, kita dp melihat mana sebenarnya yangg harus dilihat.
- Jika Dzikrulloh mengalir di HIDUNG, kita dapat bernafas Bernapas adalah kodrat sedangkan kodrat HIDUP adalah mengamalkan DZIKRULLOH sebagai tugas kehidupan yg dari Maha Agungdari Guru Agung. Berbahagialah orang yang sudah menghidupkan raganya dengan dzikrulloh, dengan demikian Ia meneteskan DZiKRULLOH lebih deras dan memancarkannya keseluruh tubuh lahir dan batin serta selalu bertaqwa kepada Alloh Swt.
2. DZIKRULLOH PADA QOLBU
BIla hati ( qolbu ) sudah berdzikir maka hiduplah hati. Dzikrulloh ini
dapat menghidupkan hati serta membuka pintu2 ilmu yang bermanfaat
didunia dan akherat, juga membuka pintu Ilham yang datang dari Alloh Swt.
Dzikrulloh dalam hati mengubah dari CAHAYA IMAN MANJADI CAHAYA
KETAKWAAN, dari cahaya penerima ilmu menjadi penyampai ilmu.
Ada
beberapa pengaruh Dzikrulloh didalam qolbu:
- Jika orang yang semula sulit menerima ilmu menjadi mudah dalam menerima ilmu
- Jika orang sulit menyebarkan ilmu, maka menjadi mudah dalam menyampaikan atau menyebarkannya
- Jika semula hanya menerima ilmu jadi suka memberikan ilmu walau hanya satu kalimat
- Yang semula tertutup pada ilmu manjadi terbuka terhadapnya
- Yang semula sulit menerima ilham menjadi mudah menerimanya dan lain-lainya.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena adanya
dzikrulloh yang dapat menghidupkan pancaran cahaya qolbu. Terpancarnya
cahaya qolbu ini dan tersingkapnya kotoran qolbu memudahkan kita dalam
menangkap sinyal-sinyal Ketuhanan, sehingga kita dimudahkan diberi
petunjuk atau hidayah sebagaimana yang tertulis dialam Alqur'an Surat
At-Taghabun ayat 11 ( Tidak ada suatu musibah pun yg menimpa seseorang
kecuali dengan ijin Alloh; dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh niscaya
Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Alloh Maha Mengetahui
segala sesuatu )
3. DZIKRULLOH DALAM RUH
Harus
dilandasi dengan dzikir lisan dan qolbu, sehingga berkembanglah dan
memancar sampai terdengar oleh ruh. Maka ruh akan meyaksikan sifat-sifat
ilahiyyah. Ketika dzikir telah sampai ke ruh, barulah Dzikrilloh
dalam ruh mempengaruhi proses penyucian ruh agar kembali fitrah seperti
pada saat ia dilahirkan kedunia. Ruh kembali fitrah berdampak pada qolbu.
Setelah kesucian qolbu mempengaruhi semua organ-organ , qolbu tersucikan
karena-Nya, lalu merambat keluarkearah Dzikrulloh yang ada di dalam
jasad. Dzikr dalam ruh dapat membuka pancaran dzikrulloh kesumua organ
tubuh, baik lahir maupun batin. ini terimplisit didalam QS Al-Insan
ayat 6 " (yaitu) mata air ( dalam surga )yang dari padanya hamba2 Alloh
minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya."
Pada tahapan
dzikir ruh, Ruh sering mendapatkan ilham khusus untuk perjalannya. Ruh
berhablum-minalloh sehingga sebagian ruh pun ditampakkan.
4. DZIKRULLOH PADA NUR MUHAMMAD
Dzikrulloh pada Nur Muhammad ini berfungsi hanya menunggu kedatangan
dzikrulloh yang ada didalam ruh. Ruh dijemput oleh hakikat Nur Muhammad
setelah jiwa dan raga disucikan melalui dukungan dzikir raga dan dzikir
qolbu. Setelah dijemput ruh diantar oleh Nur Muhammad untuk
menghadap-Nya. Inilah fungsi dzikrulloh yang dibawa oleh Mursyid kamil
mukamil.
MENURUT SYECH KALIMULLOH:
1. Ketika qolbu-nya mengumandangkan ( Allohu Alloh Alloh Allohu ) yang ditanam oleh seorang Wali Mursyid. Pada tahap pertama ia seakan-akan tidak mendengarkan, tetapi lama kelamaan ia akan mendengarkannya lewat telinga hati...memang susah kalau tidak istiqomah.
Baru Sang Salik akan merasakan ada sedikit gerakan didalam hatinya, ia akan bingung. Apakah ini gerakan napas, jantung atau angan-angan (imajinasi). Nah disinilah pentingnya tafakur pada setiap malam dengan istiqomah, agar gerakan ini dapat didengar dan sifat keraguan yang demikian itu bakal hilang. Hilangnya keraguan dan timbulnya keyakinan didalam hati adalah tanda dari berhentinya Ilmu yaqin ( ilmu yg di dapat dari usia baligh/secara formalitas ). Pengetahuan ilmu berhenti disitu, sekarang kita tidak melihat dengan mata ilmu, tetapi melihat dengan mata hati . melihat dengan mata hati ini dinamakan ilmu kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat .
Jika seseorang yang berada pada makom makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf, maka ia memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin.
1. Ketika qolbu-nya mengumandangkan ( Allohu Alloh Alloh Allohu ) yang ditanam oleh seorang Wali Mursyid. Pada tahap pertama ia seakan-akan tidak mendengarkan, tetapi lama kelamaan ia akan mendengarkannya lewat telinga hati...memang susah kalau tidak istiqomah.
Baru Sang Salik akan merasakan ada sedikit gerakan didalam hatinya, ia akan bingung. Apakah ini gerakan napas, jantung atau angan-angan (imajinasi). Nah disinilah pentingnya tafakur pada setiap malam dengan istiqomah, agar gerakan ini dapat didengar dan sifat keraguan yang demikian itu bakal hilang. Hilangnya keraguan dan timbulnya keyakinan didalam hati adalah tanda dari berhentinya Ilmu yaqin ( ilmu yg di dapat dari usia baligh/secara formalitas ). Pengetahuan ilmu berhenti disitu, sekarang kita tidak melihat dengan mata ilmu, tetapi melihat dengan mata hati . melihat dengan mata hati ini dinamakan ilmu kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat .
Jika seseorang yang berada pada makom makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf, maka ia memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin.
Sehingga keyakinan ini akan timbul, ia akan merasa yakin dan pasti,
bahwa hati itulah yg berdebar dan mengumamkan ALLOH....menjadi aktif dan
inilah anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung dari Kalimat
Agung.
2. Manakala Sang Dzakir telah mencapai tahap ini, ia mestilah memelihara
dan mendengarkan gerakan ini, baik ketika sedang bersama orang lain
ataupun sendiri...( latih dan latih kebiasaan ini pasti bisa menjadi
suatu kebiasaan, karena hukum kebiasaan adalah hasil dari kebiasaan itu
sendiri ).Ia harus banyak diam, berusaha memeliharanya serta
menjaganya agar terus bergerak, Sebab mula-mula gerakan ini sangat lemah
dan hambatan kecil saja bisa menghentikannya.
Ini Anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung , ia tidak boleh meremehkannya ( Ntar kena Adzab ), serta berusaha siang malam menjaga dan mengembangkannya. Sekarang bukalah mata zahirmu dan nikmati keadaan mistis ini, sampai akhirnya ia mengembangkan kemampuan itu.
Ini Anugerah dari Yang Maha Agung dari Guru Agung , ia tidak boleh meremehkannya ( Ntar kena Adzab ), serta berusaha siang malam menjaga dan mengembangkannya. Sekarang bukalah mata zahirmu dan nikmati keadaan mistis ini, sampai akhirnya ia mengembangkan kemampuan itu.
Bahkan
ketika membuka mata zahirnya, ia bisa memperhatikan hatinya yg
bergumam. Menurut Syech Kalimulloh keadaan inilah yg disebut " Khilwat
dar Anjuman " ( kemampuan menikmati kesendirian meskipun sedang bersama
orang banyak ) Subhanalloh...dzolim saya ini.
3. Ketika Sang Dzakir mencapai tahap bahwa sang dzakir mulai mendengar Nama ALLOH... ( Ismu Dzat/Asma Alloh ) yg penuh berkah dari lidah hatinya, dan mengetahui bahwa gerakan ini muncul dari dalam hati, maka gerakan ini bisa disebarkan keseluruh tubuh atau seluruh anggota badan lainnya ( warning harus seizin Guru Mursyid/Wakil Talqin ).
Demikianlah gerakan ini timbul pertama kali dalam sebuah anggota tubuh sang Hamba : kadang2 ditangan, dikepala, dan kadang-kadang dikaki, sekalipun sang hamba sama sekali tidak sengaja menggerakan bagian anggota tubuh itu serta hanya berkosentrasi hanya pada hati saja. Ketika cahaya dzikir mulai menyebar, maka cahaya ini pun menyelimuti seluruh tubuh dalam waktu sangat singkat, dan tubuh sang hamba dari ujung kepala hingga ujung kaki...dipenuhi dzikir.
Pada tahap ini berbagai keadaan mistis pun dialami, terkadang ia merasa bahagia, terkadang kesal dan bingung. Hanya saja sang hamba mestilah berusaha untuk tidak memperhatikan keadaan2 ini. Ia mestinya terus menerus berdzikirIa mesti terus-menerus melakukan dzikir, yang merupakan tugas pentingnya. Dengan Karomah dan berkah Sang Mursyid yang Kamil Mukamil, dzikir Nama ALLOH pun memancar dari seluruh tubuhnya dan segenap anggota tubuhnya berjalan selaras dengan hati.
3. Ketika Sang Dzakir mencapai tahap bahwa sang dzakir mulai mendengar Nama ALLOH... ( Ismu Dzat/Asma Alloh ) yg penuh berkah dari lidah hatinya, dan mengetahui bahwa gerakan ini muncul dari dalam hati, maka gerakan ini bisa disebarkan keseluruh tubuh atau seluruh anggota badan lainnya ( warning harus seizin Guru Mursyid/Wakil Talqin ).
Demikianlah gerakan ini timbul pertama kali dalam sebuah anggota tubuh sang Hamba : kadang2 ditangan, dikepala, dan kadang-kadang dikaki, sekalipun sang hamba sama sekali tidak sengaja menggerakan bagian anggota tubuh itu serta hanya berkosentrasi hanya pada hati saja. Ketika cahaya dzikir mulai menyebar, maka cahaya ini pun menyelimuti seluruh tubuh dalam waktu sangat singkat, dan tubuh sang hamba dari ujung kepala hingga ujung kaki...dipenuhi dzikir.
Pada tahap ini berbagai keadaan mistis pun dialami, terkadang ia merasa bahagia, terkadang kesal dan bingung. Hanya saja sang hamba mestilah berusaha untuk tidak memperhatikan keadaan2 ini. Ia mestinya terus menerus berdzikirIa mesti terus-menerus melakukan dzikir, yang merupakan tugas pentingnya. Dengan Karomah dan berkah Sang Mursyid yang Kamil Mukamil, dzikir Nama ALLOH pun memancar dari seluruh tubuhnya dan segenap anggota tubuhnya berjalan selaras dengan hati.
Dalam keadaan
seperti ini dominasi dzikir bisa lebih besar pada satu bagian anggota
tubuh dan lebih kecil pada anggota tubuh lainnya. Jika hal ini tersebar
merata dalam seluruh tubuh, Maka sang dzakir merasa sangat gembira dan
bahagia. Dalam terminologi kaum Sufi keadaan yg demikian disebut
SULTHAN ADZ-DZIKIR.
4. Pada tahap ini, Syech Kalimulloh mengingatkan kita perihal prinsip para sufi besar bahwa tujuan dzikir adalah kefanaan diri dalam dzat Maha Benar yang diingat, dan bukan kefanaan atas nama Dzat Maha Besar yg diingat, Karena itu Sang hamba hendaknya tidak memusatkan perhatiannya pada sekedar mengucapkan kata ALLOH saja, entah kata ini diucapkan oleh lidah atau oleh hati.
Meskipun yang mengamalkan yang demikian ini sangat bermanfaat dan seseorang memperoleh pahala, tak urungtanpa merasakan kehadiran Dzat Maha Benar yang diingat, dzikir ini tidak akan membimbing dan mengantarkan pd kehadiran Dzat Yang Maha Benar yang tengah dicari.
4. Pada tahap ini, Syech Kalimulloh mengingatkan kita perihal prinsip para sufi besar bahwa tujuan dzikir adalah kefanaan diri dalam dzat Maha Benar yang diingat, dan bukan kefanaan atas nama Dzat Maha Besar yg diingat, Karena itu Sang hamba hendaknya tidak memusatkan perhatiannya pada sekedar mengucapkan kata ALLOH saja, entah kata ini diucapkan oleh lidah atau oleh hati.
Meskipun yang mengamalkan yang demikian ini sangat bermanfaat dan seseorang memperoleh pahala, tak urungtanpa merasakan kehadiran Dzat Maha Benar yang diingat, dzikir ini tidak akan membimbing dan mengantarkan pd kehadiran Dzat Yang Maha Benar yang tengah dicari.
Karena tujuaan dzikir
itu adalah " Fana Fi Alloh " atau kefanaan diri dalam kehariban Dzat
Yang Maha Benar dan bukan yg menempel pada Namanya...Disinilah tahap
itu yg sangat sulit dan membingungkan, oleh karena itu Sang Dzakir
harus selalu dibawah bimbingan seorang Mursyid/Wakil Talqin...Untuk
membedakan antara Yang Maha Benar, Yang Maha Agung, Yang Maha Esa (
Tunggal ) dan lain-lainya...karena itu masih menempel pd sebuah
nama...Pahamkanlah. Untuk masuk pada hakikat yang dikandung Sebuah nama
itu, perlu dibongkar oleh orang yang kamil mukamil.
5. Ketika Sang hamba sampai pada tahap Sulthan Adz-Dzikir. kadang-kadang terjadi bahwa ia merasakan ada gerakan dalam nadi dan hatinya, yg sifatnya berbeda dari gerakan pertama.
5. Ketika Sang hamba sampai pada tahap Sulthan Adz-Dzikir. kadang-kadang terjadi bahwa ia merasakan ada gerakan dalam nadi dan hatinya, yg sifatnya berbeda dari gerakan pertama.
Misal gerakan yang dihasilkan oleh
dzikir tidaklah bersifat terus menerus, sementara gerakan baru ini
bersifat terus-menerus. Dalam ungkapan lain,Gerakan pertama menyerupai
hu hu hu hu atau Alohu Alloh...yang disitu ada jedanya. Sementara gerakan
yang kedua menyerupai " HU " yang dipanjangkan. ( lagi-lagi ini perlu
dikonsultasikan dg Sang Mursyidnya ). Dengan kata lain gerakan pertama
tidak teratur, sementara gerakan kedua bersifat terus menerus.
Gerakan kedua lebih halus ketimbang gerakan pertama dan bisa dirasakan sesudah banyak melakukan amalan. Disinilah penyakit keragu-raguan itu timbul, Apakah yang diingat adalah sebuah nama saja ataukah Nama itu adalah Yang Maha Benar. Disinilah posisi " La bi syarth asy-syay (tanpa syarat apapun). Hanya saja apapun yang dirasakan oleh Sang hamba melalui gerakan yang kedua adalah sepenuhnya termasuk dalam dunia jasmani, dan berkenan dengan tahap " bi syarth al-la syay ".
Gerakan kedua lebih halus ketimbang gerakan pertama dan bisa dirasakan sesudah banyak melakukan amalan. Disinilah penyakit keragu-raguan itu timbul, Apakah yang diingat adalah sebuah nama saja ataukah Nama itu adalah Yang Maha Benar. Disinilah posisi " La bi syarth asy-syay (tanpa syarat apapun). Hanya saja apapun yang dirasakan oleh Sang hamba melalui gerakan yang kedua adalah sepenuhnya termasuk dalam dunia jasmani, dan berkenan dengan tahap " bi syarth al-la syay ".
Lantas bagaimana ini bisa
diidentifikasikan dengan Dzat Yang Maha Benar yang diingat atau yang
dicari...yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa? Disinilah wilayah yang tidak bisa
ditulis...hanya limpahan dari Mursyidlah yang dapat membongkarnya.
6. Gerakan yang terus menerus ini dirasakan oleh sang hamba, sebagian orang merasakan menyebar keseluruh tubuh, dan sebagian lagi merasakannya pada anggota tertentu. Perasaan ini mengarahkan perhatiannya kepada Dzat Yang Maha Benar yang dicari.
6. Gerakan yang terus menerus ini dirasakan oleh sang hamba, sebagian orang merasakan menyebar keseluruh tubuh, dan sebagian lagi merasakannya pada anggota tertentu. Perasaan ini mengarahkan perhatiannya kepada Dzat Yang Maha Benar yang dicari.
Kalau belum bisa, maka kosentrasi
diarahkan pada hati jasmani tanpa menyebut-nyebut nama Alloh. Sekiranya
setelah itu perhatian tidak juga terarah pada Dzat Maha Benar yang dicari,
maka perhatian mestilah dicamkan kepadanya dengan mengambil nama Alloh.
Akan tetapi, mesti perhatian kepada Nama saja tanpa memikitkan Dzat
Maha Benar yang dinamai ( ALLOH ) sangat berbahaya lantaran mampu
menaklukan tujuan hakiki. Cukup sampai disini...karena pengetahuan
diatas sudah sangat membingungkan bagi para pemula. Sekali lagi,
dekatilah orang yang bisa bergaul bersama Alloh, karena ia akan
menghantarkan kita pada tujuan yg Hakiki.
HARAPAN PADA HARI AKHIR
Adalah harapan agar manusia memasuki dunia tanpa waktu, karena kemarin, hari ini dan esok sirna dalam HATI, dan yg ada hanya waktu bersama Alloh, itulah Iman kepada hari akhir. Sudahkah kita seperti itu? perbarui perbarui perbarui...
Walau ia berada ditengah makhluk, ditengah perubahan ruang dan waktu,
tetapi jiwanya tanpa ruang dan waktu. Tak tergoyahkan tak terpalingkan
dari apapun walau zaman menggulungnya. Karena Ia bersama Alloh disana.
Berdzikir kepada Alloh sebanyak-banyaknya adalah sebuah ekspresi dari Liqo'Alloh ( bertemu Alloh )
Setelah harapannya tercapai dan ia mewujudkan dalam setiap waktu bersama-Nya, dimana dan kapan saja.
Setelah harapannya tercapai dan ia mewujudkan dalam setiap waktu bersama-Nya, dimana dan kapan saja.
Segalanya adalah dzikir, namun segalanya adalah Al-Madzkur ( yg
didzikiri, Alloh Ta'ala ) Kemanapun ia menghadap disanalah wajah Alloh.
DZIKIR DALAM TAREKAT
Tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah, jamaknya tharaiq, yang berarti:
jalan atau petunjuk jalan atau cara, Metode, system (al-uslub), mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), keadaan (al-halah) tiang tempat berteduh,tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali binMuhammad bin ‘Ali (740-816 M),tarekat ialah
metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju
Allah Ta ’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
DZIKRULLAH (Menggapai Ketenteraman Hati)
Di dalam ajaran Islam, dzikrullah berarti menjaga hati untuk selalu menyebut dan mengingat Allah Swt.
Menurut kalangan sufi, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali dan Ibn Athaillah,
Dzikir kepada Allah Swt memiliki tiga bagian.
Pertama, dzikir lisan-disebut dzikr jali (jelas);
DZIKRULLAH (Menggapai Ketenteraman Hati)
Di dalam ajaran Islam, dzikrullah berarti menjaga hati untuk selalu menyebut dan mengingat Allah Swt.
Menurut kalangan sufi, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali dan Ibn Athaillah,
Dzikir kepada Allah Swt memiliki tiga bagian.
Pertama, dzikir lisan-disebut dzikr jali (jelas);
yaitu mengingat Allah Swt dengan ucapan lisan, yang berupa ucapan
pujian, syukur, dan doa kepada-Nya. Misalnya, seseorang mengucapkan
tahlil (la ilaha illaallah), tasbih (subhanallah), dan takbir (allahu
akbar).
Rasulullah memberi contoh dzikir, seperti disebutkan di dalam hadits, “Kalau aku membaca subhanallah wa al-hamdu lillahi wa la ilaha illallah wallahu akbar, maka bacaan itu lebih aku gemari daripada mendapatkan kekayaan sebanyak apa yang berada di bawah sinar matahari.” (HR Muslim).
Kedua, dzikir hati-disebut dzikr khafi (sembunyi);
Rasulullah memberi contoh dzikir, seperti disebutkan di dalam hadits, “Kalau aku membaca subhanallah wa al-hamdu lillahi wa la ilaha illallah wallahu akbar, maka bacaan itu lebih aku gemari daripada mendapatkan kekayaan sebanyak apa yang berada di bawah sinar matahari.” (HR Muslim).
Kedua, dzikir hati-disebut dzikr khafi (sembunyi);
yaitu mengingat Allah Swt dengan khusyuk karena ingatan hati, baik
disertai dzikir lisan ataupun tidak. Seseorang yang melakukan dzikir
semacam ini, hatinya senantiasa memiliki hubungan dengan-Nya; merasa
kehadiran Allah Swt di dalam dirinya. Ketika berdzikir, kita
sesungguhnya dekat dengan Allah Swt.
Ketiga, dzikir jiwa-raga, dzikr haqiqi;
yaitu mengingat Allah Swt yang dilakukan seluruh jiwa dan raga, baik
lahiriah maupun batiniah, di mana dan kapan saja. Jiwa dan raga kita
hanya mengerjakan perintah-perintah Allah Swt dan menghindarkan diri
dari berbagai larangan-Nya. Inilah tingkatan paling tinggi dalam
mengingat Allah Swt, seperti diakui kalangan sufi.
Faedah-Faedah Dzikir :
Faedah-Faedah Dzikir :
Bila seseorang benar-benar melaksanakan dzikir sesuai dengan yang
dikehendaki Allah Swt dan Rasul-Nya, maka setidaknya ada 20 faedah yang
diperoleh oleh orang tersebut, yaitu :
- Baik sangka kepada Allah Swt.
- Mendapat rahmat dan inayah dari Allah Swt.
- Memperoleh sebutan dari Allah Swt dihadapan hamba-hamba pilihan.
- Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah Swt.
- Melepaskan diri dari azab Allah Swt.
- Memelihara diri dari godaan setan dan membentengi diri dari maksiat.
- Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah Swt.
- Memberikan sinar kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa.
- Menghasilkan tegaknya suatu rangka dari Iman dan Islam.
- Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan di hari kiamat.
- Melepaskan diri dari perasaan menyesal.
- Memperoleh penjagaan dan pengawalan dari para malaikat.
- Menyebabkan Allah Swt bertanya kepada para malaikat yang menjadi utusan Allah Swt tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.
- Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang berdzikir, walaupun orang orang tersebut tidak berbahagia.
- Menyebabkan dipandang “ahlul ihsan”, dipandang orang-orang yang berbahagia dan pengumpul kebajikan.
- Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah Swt.
- Menyebabkan terlepas dari pintu fasiq dan durhaka. Karena orang yang tiada mau menyebut Allah Swt (berdzikir) dihukum orang yang fasiq.
- Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh disisi Allah Swt.
- Menyebabkan para Nabi dan orang Mujahidin (syuhada) menyukai dan mengasihi.
Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa dengan dzikir kepada Allah Swt, akan
tergapai ketenteraman hati, sebagaimana firman-Nya: “Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d
[013]:28).
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan dzikir kita kepada Allah Swt,
kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun, agar hati kita selalu tenteram
lantaran selalu ingat kepada Allah Rabbul Izzati, amin.
“Hai’atil Maknun”.
BILA AKU CERITAKAN NISCAYA HALAL DARAHKU
Sangat sulit menjelaskan hakikat dan makrifat kepada orang-orang
yang mempelajari agama hanya pada tataran Syariat saja, menghafal
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist akan tetapi tidak memiliki ruh dari pada
Al-Qur’an itu sendiri. Padahal hakikat dari Al-Qur’an itu adalah Nur
Allah yang tidak berhuruf dan tidak bersuara, dengan Nur itulah
Rasulullah SAW memperoleh pengetahuan yang luar biasa dari Allah SWT.
Hapalan tetap lah hapalan dan itu tersimpan di otak yang dimensinya
rendah tidak adakan mampu menjangkau hakikat Allah, otak itu baharu sedangkan Allah itu adalah Qadim sudah pasti Baharu tidak akan sampai kepada Qadim.
Kalau anda cuma belajar dari dalil dan mengharapkan bisa sampai
kehadirat Allah dengan dalil yang anda miliki maka saya memberikan
garansi kepada anda: PASTI anda tidak akan sampai kehadirat-Nya.
Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran
dengan ucapan orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan
Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan
anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan
lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli
makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal
kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para
Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh hawa nafsu,
dalam Al-Qur’an disebuat Qatamallahu ‘ala Qukubihum (Tertutup mata hati mereka) itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan.
Rasulullah SAW menggambarkan Ilmu hakikat dan makrifat itu sebagai “Haiatul Maknun” artinya “Perhiasan yang sangat indah”. Sebagaimana hadist yang dibawakan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti
perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seoranpun
mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salamy)
Di dalam hadist ini jelas ditegaskan menurut kata Nabi bahwa ada
sebagian ilmu yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali para Ulama
Allah yakni Ulama yang selalu Zikir kepada Allah dengan segala
konsekwensinya. Ilmu tersebut sangat indah laksana perhiasan dan
tersimpan rapi yakni ilmu Thariqat yang didalamnya terdapat
amalan-amalan seperti Ilmu Latahif dan lain-lain.
Masih ingat kita cerita nabi Musa dengan nabi Khidir yang pada akhir
perjumpaan mereka membangun sebuah rumah untuk anak yatim piatu untuk
menjaga harta berupa emas yang tersimpan dalam rumah, kalau rumah
tersebut dibiarkan ambruk maka emasnya akan dicuri oleh perampok, harta
tersebut tidak lain adalah ilmu hakikat dan makrifat yang sangat tinggi
nilainya dan rumah yang dimaksud adalah ilmu syariat yang harus tetap
dijaga untuk membentengi agar tidak jatuh ketangan yang tidak berhak.
Semakin tegas lagi pengertian di atas dengan adanya hadist nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut :
“Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah
ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia
yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak
diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang
seperti “Hai’atil Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)
Hadist di atas sangat jelas jadi tidak perlu diuraikan lagi, dengan
demikian barulah kita sadar kenapa banyak orang yang tidak senang
dengan Ilmu Thariqat? Karena ilmu itu memang amat rahasia, sahabat nabi
saja tidak diizinkan untuk disampaikan secara umum, karena ilmu itu
harus diturunkan dan mendapat izin dari Nabi, dari nabi izin itu
diteruskan kepada Khalifah nya terus kepada para Aulia Allah sampai
saat sekarang ini.
Jika ilmu Hai’atil Maknun itu disebarkan kepada orang yang
belum berbait zikir atau “disucikan” sebagaimana telah firmankan dalam
Al-Qur’an surat Al-‘Ala, orang-orang yang cuma Ahli Syariat
semata-mata, maka sudah barang tentu akan timbul anggapan bahwa ilmu
jenis kedua ini yakni Ilmu Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat adalah Bid’ah
dlolalah. Tentang pembelaan dari Ahli Thariqat dapat anda baca disini
Dan mereka ini mempunyai I’tikqat bahwa ilmu yang kedua tersebut
jelas diingkari oleh syara’. Padahal tidak demikian, bahwa hakekat ilmu
yang kedua itu tadi justru merupakan intisari daripada ilmu yang
pertama artinya ilmu Thariqat itu intisari dari Ilmu Syari’at.
Oleh karena itu jika anda ingin mengerti Thariqat, Hakekat dan Ma’rifat secara mendalam maka sebaiknya anda berbai’at saja terlebih dahulu dengan Guru Mursyid (Khalifah) yang ahli dan diberi izin dengan taslim dan tafwidh dan ridho. Jadi tidak cukup hanya melihat tulisan buku-buku lalu mengingkari bahkan mungkin mudah timbul prasangka jelek terhadap ahli thariqat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar