Syekh Abdul karim Al-Bantani
Sulthan maulana Hasanuddin adalah
seorang sulthan yang mempunyai keturunan sampai kepada rasulullah Muhammad saw
melalui Adzomat Khan.
Sebelum Syekh Ahmad khotib Syambas
wafat, Syekh Abdul karim mendapat tugas dari gurunya tersebut untuk menjadi
guru tarikat di Singapura selama beberapa tahun. Kemudian beliau pulang ke
negerinya di Banten pada tahun 1872. ia menetap di Lempuyang Banten selama
empat tahun untuk kemudian kembali lagi ke Makkah al Mukarromah setelah gurunya
wafat pada tahun 1876 untuk menjadi penghulu tarekat Al-Qadiriyah
Wannaqsyabandiyyah di Jabal Qubesy makkah.
Di hikayatkan ketika kepergian beliau
ke Makkah itu penduduk Banten berduyun-duyun mengantarkan beliau. Di antara
mereka ada yang berdesak-desakan menunggu di jalan yang akan di lewati Syekh
Abdul Karim sampai ke pelabuhan.
Residen Banten khawatir dengan
membeludaknya masa akan terjadi hal yang merugikan pihak colonial yang pada
waktu itu telah terendus akan adanya pemberontakan rakyat Banten terhadap
pemerintah colonial. Akhirnya residen Banten mengalihkan jalur perjalanan Syekh
Abdul Karim dari rute semula.
Rencana semula dalam perjalanan itu
Syekh Abdul Karim akan mampir di Karawaci di rumah almarhum Tumenggung
Karawaci. Di sana akan ada pertemuan yang akan
di hadiri masyarakat tarikat se Tangerang, Bogor dan sekitarnya. Yang menjadi tuan rumah
adalah Raden Kencana isteri almarhum Tumenggung karawaci yang memiliki
perkebunan kali pasir.
Syekh Abdul Karim selain dikenal
sebagai ulama ahli hokum Islam beliau juga diyakini sebagai waliyullah yang
memiliki berbagai macam keramat. Ketika sungai cidurian banjir besar yang
menenggelamkan wilayah-wilayah sepanjang jalur sungai Cidurian seperti daerah
Cikande, Kresek, Gunung kaler, Lempuyang, Tanara dan Tersaba, Syekh abdul Karim
selamat dari banjir tersebut padahal beliau berada di tempat yang banyak orang
yang menjadi korban dalam bencana itu.
Ketika masih mesantren di Makkah
setiap santri mendapat tugas untuk bergilir mencari air. Ketika tiba giliran
Syekh Abdul Karim tempat air ini sudah terisi air padahal syekh Abdul Karim
belum mengisinya.
Selain disegani dan dihormati para
ulama beliau juga sangat disegani oleh para penguasa pada waktu itu. H. Raden
A. Prawiranegara adalah mantan seorang patih yang sering berkunjung ke rumah
beliau untuk memohon do’a.
Murid-murid beliau tak terhitung
jumlahnya baik yang di Makkah maupun di Indonesia bahkan di seluruh dunia.
Adapun murid-murid beliau dari Indonesia di antaranya Syekh Asnawi caringin-Banten,
syekh Tolhah Cirebon, Syekh kholil Bangkalan-Madura, Syekh Marzuki Tanara,
Syekh Sadzeli Kaloran-serang, Syekh abu Bakar pontang, syekh Tubagus ismail
gulacir, Syekh Asnawi Bendung, syekh Abdullah Mubarok suryalaya, Syekh falak
pegentongan Bogor, syekh Muhammad Amin Lombok, syekh Muhammad Sidik Mataram.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar