MOHON DOA RESTU
DAN TAWARAN KERJASAMA UNTUK PENERBITAN BUKU
Naskah-naskah ini merupakan hasil
pengamatan dan penelitian melalui studi kepustakaan yang bersumber pada
naskah-naskah lama yang historis dan catatan-catatan cerita tutur yang terdapat
dalam tulisan-tulisan tangan para tokoh dan sesepuh Jawa serta wawancara dengan
banyak ulama khawas, tokoh-tokoh Ba’ Alwi dan mistikus Jawa.
Penulis berasumsi bahwa
penggunaan cerita-cerita tutur kiranya perlu digalakkan karena dalam sejarah
kebudayaan, anggapan dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat juga merupakan
fakta sejarah yang mempunyai arti tersendiri di samping kemungkinan
penggunaannya sebagai bahan perbandingan dan pengkajian yang akan memungkinkan
ditemukannya kenyataan-kenyataan sejarah lebih lanjut.
Dengan demikian maka kepada
pembaca disajikan sumber dan bahan yang sampai sekarang kurang atau tidak
dikenal orang, sehingga tulisan ini amat berharga, selain itu karena sampai
kini belum banyak diketahui. Orang menulis biografi para tokoh Islam pada masa
peralihan di Nusantara secara menyuluruh dan utuh. Karya ini merupakan langkah
awal dalam upaya menelusuri jejak-jejak para wali di Indonesia, khususnya dalam
kaitannya dengan aktivitas dan ajarannya.
Buku ini adalah buah dari amanat
yang diberikan berbagai pihak kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
menulis tentang para tokoh Islam masa awal yang berpengaruh di Indonesia dan ditulis
setelah sebelumnya dilakukan riset panjang bertahun-tahun berupa penelusuran
situs-situs sejarah, dokumen, arsip, menuskrip dan studi kepustakaan di
beberapa kota Nusa Jawa sebuah kerja ilmiyah yang cukup melelahkan.Menggali
peninggalan purba bukanlah pekerjaan sepele, apalagi yang digali berkaitan
dengan kesejerahan Arab-Islam.Ada sebagian kawan yang menganggap riset ini
sia-sia, pemaksaan ide dan “melawan arus”.
Penulis sepenuhnya menyadari akan hal ini.Memberi tempat yang lebih tinggi bagi
patriotisme di atas “kebenaran sejarah”
mungkin hanya pantas bagi seorang pelukis atau wartawan atau politisi, tetapi
tidak layak dilakukan oleh seorang sejarawan selaku sejarawan.
Studi ini hanyalah satu sisi
kecil dari upaya untuk menjawab kesejarahan Islam di Nusantara (wabil khusus Jawa-Sunda) yang hingga
kini masih berupa belantara dan semak belukar yang diselimuti kabut tebal. Sebagai
jawaban itupun masih jauh dari memadai, apalagi untuk ukuran studi sejarah. Meski
demikian, penulis mengharap studi ini bisa menjadi stimulant bagi kajian
sejarah di Nusantara yang masih merupakan barang yang masih sangat langka.
Di awal penelitian ada beberapa
hal yang kurang memuaskan penulis dalam hal penyingkapan sejarah hidup tokoh-tokoh yang dianggap keramat semisal raja Kediri Prabu Sri Aji
Jayabaya. Dengan kenyataan ini, penulis merasa perlu melibatkan diri
berbaur dengan mereka, di lain pihak tidak mudah mengorek keterangan yang
menyangkut kehidupan pribadi tokoh-tokoh yang dikeramatkan, maka penulis
dihadapkan pada satu dilema, apakah harus memfokuskan pada studi perpustakaan
dengan resiko tidak memperoleh sejumlah informasi yang relevan ataukah meneliti
berbagai cerita tutur dengan resiko tidak memadai latar belakang sang tokoh yang diteliti. Penulis memutuskan
mengambil kedua-duanya karena bagi penulis relevansi dan latar belakang sama-sama
penting dari sejarah satu tokoh yang dikeramatkan.
Penulis mulai dengan menelusuri
situs-situs agama di seantero Nusa Jawa, menetap cukup lama di setiap situs,
hal ini untuk mengetahui cerita tutur situs keramat ajaran dan silsilahnya,
dengan pola ini dan berbekal kemampuan berbahasa daerah. Penulis dapat
menciptakan hubungan baik dan memperoleh banyak infomasi penting. Penulis
mengunjungi lebih dari puluhan tempat keramat dan tinggal cukup lama di
berbagai situs keramat, tempat-tempat yang menarik para pengunjung itu hampir
seluruhnya merupakan makam orang-orang yang diagungkan dengan beragam
kedudukan.
Studi ini juga mengambil manfaat
besar dari pembicaraan dengan para musafir yang dikenal dengan “Sarkub”
(Santri Kuburan) di alas Purwo, di alas Ketonggo, Puncak Songolikur Gunung
Muria, Ujung Kulon dan berbagai makam keramat di seantero Jawa dan Madura.
Di antara mereka, dengan siapa penulis banyak berdiskusi adalah Kyai Haji Mujazien Mahmud Kolomayan Blitar,
Gus Robert Ploso Kediri, Gus Jamil
Watukumpul Pemalang, Gus Nurkholis
Welahan Jepara, Kang Jamal Kedirl, Edy Nasrullah lereng Gunung Slamet, Kang
Natsir Abdullah Kalisapu Cirebon, Kang Ujang Hidayat Pandeglang Banten dan Dr.
Rudi Jakarta, Kang Udin Kebumen, Habib Husein Gresik, Habib Haiqal Baraqwan
Jakarta, Kang Djuari Banjarmasin, Kang Marwoto Kutai, Mbah Bo Sumoroto dan Mbah
Mantri Atmo Ponorogo.
Hal lainnya, dalam karya ini
nantinya para pembaca diajak berziarah pada konsep filosofis yang wujud dan
maujud serta perjalanan rohani para tokoh tanah leluhur menuju yang mutlak
menyusur jauh pada asal usul para tokoh tanah leluhur hingga berjumpa dengan
para guru mursyid yang mengajarkan Islam kepadanya, seperti Prabu Sri Aji
Jayabaya berjumpa dengan Syaikh Maulana Abu Syamsuddin dan Syaikh
Maulana Ali Syagalor, Prabu Guru Aji Putih dari Kerajaan Tembong Agung
berjumpa dengan Sayyidina Ali, Prabu Siliwangi berjumpa dengan
Syaikeh Quro dan Sayyid Ali al Paseh Panjalu, Prabu Brawijaya I dari
Majapahit berjumpa dengan Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan sebagainya
Kisah masuk Islamnya tokoh-tokoh seperti
Raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu
Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I, dalam cerita-cerita sejenis babad,
asal-usul, ajaran dan kiprah para penyebar agama Islam di masa awal dianggap penuh
dengan kontroversi. Polemik terjadi tatkala kitab-kitab rujukan yang berbeda
kita jajarkan. naskah para Tokoh Tanah Leluhur ini sangat menarik karena
memberikan perspektif baru dalam cara baca maupun pandang terhadap sejarah.
Dengan merujuk pada kitab-kitab versi Cirebon, Banten, Solo, Yogyakarta, Tuban,
Lamongan, Gresik, Kediri maupun Ponorogo. Karya ini mampu menghadirkan
sisi-sisi kemanusiaan para tokoh tanah leluhur dan hadir tanpa absurditas dan
paradoksa.
Kenyataan tentang perbedaan
sumber historiografi inilah yang diam-diam telah mendorong dan memotivasi
hadirnya karya yang menyajikan kisah raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya,
raja Tembong Agung Prabu Guru Aji
Putih, raja Pajajaran Prabu Siliwangi, raja Majapahit Prabu
Brawijaya I dari sisi lain, dengan sumber-sumber asal Banten, Cirebon,
Solo, Yogyakarta, Gresik, Surabaya, Malang, Kediri, Ponorogo dapat menemukan
kisah Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu
Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I dalam
bentuk yang berbeda dengan yang kita kenal selama ini.
Melalui sumber-sumber
historiografi asal Sunda (Cirebon, Banten) ditambah sumber-sumber naskah dari
Jawa (Solo,Yogyakarta,Gresik, Surabaya, Kediri, dan Ponorogo) dan pendekatan
perstehen, dapat ditangkap gambaran utuh para tokoh tanah leluhur berserta
ajaran-ajarannya. Yang paling mengejutkan gambaran utuh para tokoh yang
terbangun dalam konstruf pemahaman peneliti dalam menyusun karya ini ternyata
bertolak belakang dengan pencitraan dan stigma yang selama ini berlaku atas
para tokoh tersebut.
Gambaran Prabu Sri Aji
Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi,
Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I, dalam konstruf pemaparan karya ini,
apakah professional dan lebih obyektif dibanding gambaran yang dibangun
sumber-sumber historiografi sejenis babad. Yang jelas, menyusun gambaran utuh Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru
Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu
Brawijaya I ke dalam bentuk kualitatif sesuai tuntutan metodologis,
mengalami banyak kesulitan bahkan kemustahilan. Karena keberadaan Prabu Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru
Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu
Brawijaya I dan ajarannya terkait dengan pergulatan sisi religius,
ideologis, dogma, doktrin dan pengalaman rohani yang sulit diajarkan oleh
kaidah ilmiah yang bertolak dari paradigma, postulat, dan aksioma sekuler
materialistis. Oleh karena itu, karya ini memilih alternatif paling
memungkinkan yakni menyajikan hasil tangkapan terhadap para sosok tokoh tanah
leluhur dan ajarannya dalam bentuk pendekatan filosofis.
Keputusan untuk menuangkan hasil
pendalaman tentang para tokoh leluhur para wali dengan melalui pendekatan
filosofis, selain dimaksudkan untuk mengatasi faktor kesulitan teknis,
metodologis, juga diharapkan bisa memudahkan masyarakat pembaca, memahami kisah
ini dari sisi yang berbeda. Sebab melalui pendekatan filosofis pengungkapan dan
pemaparan hal-hal yang bersifat abstrak, absurd dapat dijembatani.
Yang lebih mendasar, kisah raja
Nusantara semisal Prabu Sri Aji Jayabaya,
Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu Siliwangi, Mahapatih
Gajahmada, Prabu Brawijaya I melalui pendekatan filosofis ini dimaksudkan
juga untuk menghindari terjadinya pro dan kontra yang mengarah pada perdebatan
klise yang berlarut-larut. Keberadaan karya Prabu
Sri Aji Jayabaya, Prabu Guru Aji Putih, Prabu Mundingwangi, Prabu
Siliwangi, Mahapatih Gajahmada, Prabu Brawijaya I ini, memang tidak untuk
perdebatkan secara ideologis, politik dan agamis. Karena di dalamnya selain
terdapat paparan deskriptif, ungkapan-ungkapan metafonk, konotatif,
personifikasi dan asosiatif juga terdapat refleksi dari hasil pengendapan
renungan kontemplatif, pengalaman rohani pribadi dan tentunya tak ketinggalan
gambaran-gambaran imajinatif yang absurd.
Para pelaku dalam cerita para
tokoh ini digambarkan sebagai manusia dengan berbagai perwatakan yang khas.
Meski ditampilkan dalam bentuk individu-individu, mereka pada dasarnya bukan
mewakili manusia dalam kapasitas pribadi. Mereka mewakili fenomena-fenomena,
naluri-naluri, sifat-sifat, perilaku-perilaku dan kecenderungan nafsu terdalam
manusia sebagaimana dikenal dalam ajaran sufi. Itu sebabnya sebagian naluri,
sifat, perilaku kecenderungan nafsu manusia ketimbang mewakili individu manusia
histories. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pun tidak sekedar mewakili waktu
dan tempat pada bentangan sejarah tetapi juga mengungkapkan simbol-simbol.
Perkembangan jiwa manusia menuju kesempurnaan sebagaimana dikemukakan oleh
ajaran sufi.
Diharapkan dengan hadirnya buku
ini masyarakat pembaca akan memiliki cakrawala baru. Bukan hanya mengenai apa
dan siapa sebenarnya Prabu Sri Aji
Jayabaya dan Syaikh Maulana Abu Syamsuddin serta Syaikh Maulana Ali Syagalor ini, r,
Prabu Guru Aji Putih dan Sayyidina Ali, Prabu Siliwangi dan Syaikeh
Quro serta Sayyid Ali al Paseh Panjalu, Prabu Brawijaya I dan
Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan sebagainya dan sebagainya melainkan
yang lebih fundamental adalah munculnya perspektif baru tentang dinamika ajaran
tauhid yang bersifat universal.
Naskah-naskah yang di tawarkan untuk di terbitkan
adalah:
NASKAH PERTAMA berjudul: “Menyingkap Tabir Misteri Ramalan Jayabaya” [Goro-goro 2017 dan Zaman Keemasan 2023]
yang DAFTAR ISI nya antara lain:
BAGIAN I SERAT BABAD KEDIRI & ISLAMISASI RAJA JAWA
1.
Silsilah Raja-raja Kediri
2.
Peninggalan Benda-benda Bersejarah
3.
Masuknya Agama Islam Ke Nusantara
4.
Islamisasi Raja-raja Kediri – Majapahit
BAGIAN II MAULANA ABU SYAMSUDDIN [PANGERAN MEKAH]
1. Pembeberan Kitab Musarrar
2. Murid Pesantren Ruhuun
3. Guru Raja Kediri Prabu Aji Jayabaya
4.Temuan Arkheologis
5. Situs Keramat Agung Setono
Gedong Kediri
6. Misteri Pemartilan Epigraf
7. Misteri Atas Makam Sayyidah
Fatimah
8. Lahirnya Masyarakat Islam Di
Jawadwipa
BAGIAN III PRABU SRI AJI JAYABAYA (Raja Kediri)
1.
Raja Yang Waskita
2.
Jaringan Santri Ruum Turki
3.
Pembuktian Terbalik
4. Intisari dan Rahasia Jangka
Jayabaya
5. Menelusuri Jejak Satria
Piningit
6.
Misteri Tanda-tanda Akhir Zaman
7. Zaman Kalabendu (Penuh
Bencana) 1998 – 2017
8. Misteri Angka 19 Antara
Pulangnya Mahluk Segitiga Bermuda Dan Munculnya Sang Ratu Adil
9. Munculnya Sang Ratu Adil
(Herucokro) 2019
10. Konsep Kepemimpinan Islam –
Jawa
11. Zaman Kalasuba (Keemasan)
Indonesia 2023
BAGIAN IV FORMULA WIRID MENGHADAPI AKHIR
ZAMAN
1. Khasanah Wirid Para Pinisepuh Nusa
Jawa
2. Seruan Para Rijalullah Bumi Menghadapi
Zaman Edan
3. Dahsyatnya Ayat-Ayat Allah Dan Ancaman Iblis
4. Susunan Wirid Para Wali Allah Nusa Jawa
BAGIAN V RITUAL DAN TRADISI MISTIK ISLAM
JAWA
1. Ngalab Berkah Di Petilasan Prabu Sri Aji Jayabaya
2. Makna Simbolis Di Balik Ritual Dan Ruwatan
3. Perburuan Pulung Sang Ratu Adil (Herucokro)
BAGIAN VI
KERAMAT & MAKAM PINISEPUH
NUSANTARA
NASKAH KEDUA berjudul:
“Menelusuri Jejak Spiritual dan Tapa Brata Sang Pencerah_Goes Miek”
(Memahami Jadzb Seorang Wali Majdzub dan Perjalanan Rohani Sufi
Malamatiyyah) yang
DAFTAR ISI nya antara lain:
BAGIAN PERTAMA:
SELINTAS SEJARAH HIDUP GUS MIEK
Garis Keturunan Sayyid
Masa Belajar Di Watu Congol
Kegilaan (Jadzb)
Seorang Wali Majdzub
Seputar Aktivitas dan Tingkah Laku Wali Majdzub
Seorang Mamalit Yang Peduli Umat
Pro dan Kontra Terhadap Jadzb-nya Gus Miek
Mencari Sangkan Paraning Dumadi
Kemampuan Mukasyafah (Supranatural) dan Karomah
Tingkatan dan Klasifikasi Wali
BAGIAN KEDUA:
MAJELIS SEMA’AN AL-QUR’AN DAN DZIKRUL GHOFILIN
Ashhabul Wurud Sema’an al-Qur’an dan Dzikrul
Ghofilin
Sema’an al-Qur’an Sebagai Pusat Utama Dakwah
Jaringan Para Ulama Jawa
Menyentuh Rahmad di Keraton Yogyakarta
Sema’an Al-Qur’an/Dzikr al-Ghafilin dan
Pembaharuan Tarekat
BAGIAN KETIGA:
MENELUSURI PEMIKIRAN PEMIKIRAN MODERAT
Mata Rantai Tasawuf Gus Miek
Jejak Ajaran Pondok Pesantren Gebang Tinatar
Konsep Insan Kamil
Ajaran, Praktik dan Implikasi Dawuh Goes Miek
Mencintai Muhammad SAW
Jejak Sang Mursyid
BAGIAN KEEMPAT:
DZIKRUL GHOFILIN MENGHADAPI AKHIR ZAMAN
Pengertian Dzikir
Struktur Dan Materi Dzikrul Ghofilin
Dzikrul Ghofilin Dalam Menghadapi Zaman Edan
Kekuatan Do’a Dan Syair Dzikrul Ghofilin Gus Miek
BAGIAN KELIMA:
RITUAL DAN TRADISI MISTIK ISLAM JAWA
Tradisi Jum’at Kliwon-Jum’at Legi dan Dzikrul
Ghofilin
Ngalab Berkah Di Situs Keramat Aulia Tambak
Kediri
Makna Simbolik Dibalik Ritual
Perburuan Pulung Dan Wangsit
BAGIAN KEENAM
NAPAK TILAS LELAKU SPIRITUAL GUS MIEK
Keramat Dan Makam Para Leluhur Gus Miek
Situs Keramat Setono Gedong (Maulana Abu
Syamsuddin)
Situs Keramat Bedalem (Sunan Kalijaga)
Situs Keramat Setono Landean (Syaikh Abdul
Mursyad)
Situs Keramat Gunungsari (Syaikh Syafi’i
Sulaiman)
Situs Keramat Srigading (Syaikh Basyaruddin)
Situs Keramat Semarum (Syaikh Muhammad Mesir)
Situs Keramat Tegalsari (Kyai Ageng Muhammad
Besyari)
Situs Keramat Nlgorog (Kyai Ageng Yahudho)
Situs Keramat Badal (Kyai Ageng Tukum)
NASKAH KETIGA berjudul: “Menelusuri Jejak Santri
Majapahit-Pajajaran Sepanjang Sejarah Nusantara” (Potret tokoh dan Pergumulan Mistik
Islam Jawa-Sunda) yang DAFTAR ISI nya antara lain:
01. Prabu
Brawijaya Majapahit (Sunan Manguntapa)
A. Cerita Babad
B. Silsilah Majapahit
C. Sandyakala Majapahit
D. Ajaran Sangkan Paraning Dumadi
E. Peninggalan Arkheologis
02. Maha Patih Gajah Mada (Kanjeng Kyai Ageng
Tukum)
A.
Cerita Kontroversi
B.
Sumpah Palapa
C.
Misteri Perang Bubat
D.
Islamnya Mahapatih Gajah Mada
E.
Ajaran Sedulur Papat Lima Pancer
F.
Konsep Kepemimpinan
G.
Situs Astana Gajah dan Temuan Arkheologi
03. Pangeran
Arya Damar (Sunan Padamaran)
A. Cerita Babad Majapahit
B. Raja Berdarah Campuran
C. Menumpas Pemberontakan-pemberontakan
D. Membangun Nilai-nilai Baru Islam
E. Mengembangkan Ajaran Tarekat
Akmaliyyah
F. Cara Pengenalan dan Pembaiatan
Tarekat Akmaliyyah
04. Pangeran
Arya Bangah (Sunan Ngadiluwih)
A. Cerita Babad
B. Padepokan Badal Cikal Bakal
Pondok Pesantren
C. Anak Cucu Pangeran Ngadiluwih
D. Temuan Arkheologi
E. Makna Tradisi Ziarah
05. Pangeran Jaka Piturun (Bhatoro Katong)
A. Naskah Babad
B.
Mandat Dan Kebuntuan Diplomasi
C.
Memanfaatkan Konsep Ajaran Lokal Jawa
D. Pencerahan dan Sahadatain
E.
Pengamal Ajaran Tarekat Akmaliyyah
D. Jejak Sejarah Kebesaran
F.
Memburu Barokah Makam Keramat Wali
06. Pangeran Pandan Arum (Kyai Ageng Pengging)
A. Cerita Babad dan Tutur
B. Wawasan Rohani dan Kualitas Batin
C. Tafsir Mistik Surat al-Fatehah
D. Intrik dan Siasat Memperebutkan
Kekuasaan
E. Jejak Sang Pangeran dan Islam
Jawa
F.
Petilasan Keramat Kyai Ageng Pengging
07. Prabu Siliwangi Pajajaran (Raja Pandita
Mukmin)
A. Asal Usul Keturunan
B. Anak Keturunan
C. Islamnya Prabu Siliwangi
D. Wangsit Siliwangi
08. Pangeran
Bratalegawa (Syaikh Baharuddin al-Jawi)
A. Asal Usul Keturunan
B. Mengembara Mencari Jati Diri
C. Gelar Sunan Rahmad Dan Menjadi
Guru Bangsa
D. Peletak Dasar Tradisi Islam Di
Tatar Sunda
E. Tokoh Haji Pertama Di Tatar Sunda
F. Tinggalan Arkeologi
G. Tradisi Ziarah dan Ngalab Berkah
09. Prabu Barosngora (Sembah Dalem Panjalu)
A. Asal-Usul Keturunann
B.
The Missing Link Dan Aktivitas Politik
C.
Membangun Ajaran Tauhid
D. Ajaran Kepanjaluan dan
Tarekat Syadziliyyah
E.
Tradisi Sakral Nyangku Di Nusa Gede
10. Prabu
Mundingwangi (Syaikh Jambu Karang)
A. Cerita Babad
B. Mencari Keteraturan Dalam Sejarah
Lokal
C. Transformasi Tembang Dolanan Jawa
D. Pengamal Tarekat Naqsyabandiyyah
E. Tinggalan Arkeologi
11. Prabu Guru
Aji Sakti Putih (Dalem Tembong Agung)
A. Asal Usul Keluarga
B. Pengembaran Sang Penakluk Mencari
Jati Diri
C. Mahkota Kejayaan Dan Pembenahan
Keraton
D. Pelindung Posisi Para Bangsawan Sunda
E. Kekuatan Gaib Dan Asal-Usul
Sebuah Tempat
F. Ajaran dan Pemikiran Sang
Pangeran
G. Ziarah Kepada Prabu Guru Aji Putih
NASKAH KEEMPAT berjudul: “WALI EMPAT PULUH” (Menelusuri
Jejak Para Wali Dan Leluhur Dari Zaman ke Zaman) yang DAFTAR
ISI nya antara lain:
1. SYAIKH SYUBAQIR
(Abdul Ghofur) Penataran Blitar
2. MAULANA ABU
SYAMSUDDIN (Pangeran Mekkah) Kediri
3. SYAIKH ALI AKBAR
SAGALOR Ngantang Malang
4. LAKSAMANA CHENG HO (Zheng
He) Gunung Bolo T.Agung
5. SYAIKH QURO (Syaikh
Hasanuddin al Champi) Pulobata
6. SYAIKH NURJATI (Datuk
Kahfi) Amparan Jati Cirebon
7. SYAIKH BAYANULLAH
(Datuk Mahuyun) Sampiran Cirebon
8. SAYID JAMALUDDIN
HUSEIN (Jumad al Kubro Awwal) Wajo
9. SYAIKH NHAMPO CHAMPI
(Dalem Sukadomas) Trowulan
10. SYAIKH DADA PETAK
(Panembahan Bromo) Probolinggo
11. SYAIKH JUMAD
AL-KUBRA TSANI Troloyo Trowulan
12. SUNAN TUMASIK
(Syaikh Ibrahim Asmarakhandi) Tuban
13. MAULANA ISKHAQ (Syaikh Wali Lanang) Trowulan
14. SUNAN BEJAGUNG
(Syaikh Abdullah Asy’ari) Tuban
15. SYAIKH MAULANA MALIK
IBRAHIM Gresik
16. MAULANA MALIK
ISRO’IL AL GHARNATAH Gn Santri Banten
17 SAYID ALI AKBAR AL
PASEH (Dalem Panjalu) Ciamis
18. SYAIKH ABDULLAH
QUDBUDDIN Wonosobo
19. SYAIKH USMAN NAJIB
AL-HAMBAYYA Ungaran
20. SYAIKH ABDURRAHMAN
MUTTAQI Batu Tulis Bogor
21. SYAIKH LEMAH ABANG
(Datuk Abdul Jalil) Cirebon
22. SYAIKH ABDUL QODIR
AL-SINNI (Tan Kim Han) Troloyo
23. SUNAN AMPEL DENTA
(Sayid Rahmatullah) Surabaya
24. SUNAN GIRI (Dalem
Prabu Satmoto) Gunung Tukangan Gresik
25. BONANG (Syaikh
Mahdzum Wali Wahdah) Tuban
26. SUNAN DRAJAT (Raden
Qosim) Drajat Lamongan
27. SUNAN GUNUNG JATI
(Syarif Hidayatullah) Cirebon
28. SUNAN KALIJAGA
(Syaikh Malaya) Gunung Bedalem T.agung
29. SUNAN KUDUS (Syaikh
Ja’far Shodiq) Kauman Kudus
30. SUNAN MURIA (Raden
Muhammad Sa’id) Gunung Muria Kudus
31. SUNAN BENTONG
(Maulana Ifdhil Hanafi) Gunung Jati
32. SUNAN RANGGA PAKU
(Sri Mangana) Gunung Sembung
33. SUNAN PENGGING
(Syaikh Pandan Arum) Boyolali
34. SUNAN SASMITA
(Syaikh Abdurrahman) Plangon Cirebon
35. KANJENG SUNAN
MAJAGUNG (Syaikh Abu Hurairah)
36. SUNAN LEMBAYUNG
FADHAL (Raja Pandita) Gresik
37. SUNAN NGUDUNG
(Syaikh Ja’far Usman) Trowulan
38. SUSUHUNAN KHATIB
AHMAD Ampel Surabaya
39. SYAIKH MAULANA
MAGHROBI Wonobodro Alas Roban
40. SUNAN LAMONGAN
(Syaikh Hisyamuddin) Lamongan
NASKAH KE V: “ Tokoh
Hadrami-Cina-Islam Jawa”.
NASKAH KE VI: “Kitab Telesan dan Islam
Kejawen”.
NASKAH KE VII: ”Mengurai Tarekat
Akmaliyyah dan Mistik Islam Kejawen”
NASKAH KE VIII: “Intelektualisme Pondok
Pesantren Gebang Tinatar [Potret Kanjeng
Kyai Ageng Khasan Besyari serta Cakrawala Pemikirannya]”
NASKAH KE IX: “Raden Ngabehi
Ranggawarsita Menyingkap Intisari Segala Rahasia”.
NASKAH KE X: “Syaikh Jumadil Kubra:
Dari Majapahit Menuju Ampel Denta”
NASKAH KE XI: “Syaikh Siti Jenar
dan Tarekat Akmaliyyah”. (Tiga Jilid)
NASKAH KE XII: “Sayyid Ali Al-Paseh [Sembah Dalem Panjalu] dan Tarekat
Syadziliyyah”.
NASKAH KE XIII: “Penyebaran Tarekat
Akmaliyah Di Nusa Jawa dan dan Tokoh-tokohnya”.
NASKAH
KE XIV: “Napak Tilas Wali Tujuh Nusa Bali Dan Wisata Ziarah”.
NASKAH
KE XV: “Menelusuri Jejak Situs Kramat Sepanjang Sejarah Madura & Wisata
Ziarah”.
Harapan penulis, semoga buku buku
tersebut diatas bermanfaat bagi ummat Islam pada umumnya dan ummat Islam
Indonesia pada khususnya. Buku ini tidak akan pernah tersusun atau kurang lebih
terselesaikan, tanpa bantuan orang lain, mulai dari kedua orang tua penulis
sendiri, keluarga, pada guru pembimbing rohani, hingga teman-teman, sahabat
yang peduli dengan dunia penelitian keilmuan Islam, khususnya kajian biografi
para tokoh Islam awal.
Ucapan terima kasih, secara
khusus saya haturkan kepada Ayahanda
penulis Kyai Haji Mu’asir Zubaidi dan Ibunda Nyai Hajjah Maslikhah yang keduanya di istirahatkan di sebuah
komplek makam Auliya’ di Dukuh Tambak Desa Ngadi Kecamatan Mojo Kabupaten
Kediri Jawa Timur. Beliau berdua ditengah keprihatinan dan himpitan ekonomi
yang menyesakkan tidak henti-hentinya setiap tengah malam selalu bersujud
kepada Allah Swt memohonkan keselamatan dan kesuksesan untuk anak-cucu dan
jama’ahnya. Tanpa dorongan kekuatan doa, keridloan dan rasa kasih sayang yang
sangat mendalam mustahil karya ini bisa hadir dihadapan public. Tak kalah
pentingnya penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada KH Syamsul
Ma’arif (Gus Arief) Pengasuh Majelis Dzikirul Ghofilin Jakarta dan Ir.
Alfan Riyanto MTec yang penuh pengertian dalam hal pendanaan
membuat beban lebih ringan untuk menyelesaikan tugas berat ini.
Kedua, guru pembimbing rohani saya,
yang dengan ikhlas telah membimbing penulis, yaitu Kanjeng Kyai Ahmad Khasan Anom
Tegalsari Ponorogo
(Ndoro Ahmad), Romo Kyai Sirodj al-Haj Tulungagung (Mursyid Tarekat Akmaliyyah), Romo Kyai
Imam Suhadi Al-Haj Nganjuk (Mursyid Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah),
Romo Kyai Rahwin Gampengrejo Sawo Ponorogo (Mursyid Tarekat Syathoriyyah), Romo
Kyai Ahmad Hasan Malo Jetis Ponorogo (Mursyid Tarekat Akmaliyyah), Kanjeng
Kyai Imam Puro Demangan Ponorogo (Mursyid Tarekat Rifa’iyyah), Romo
Kyai Hambali Puh Beluk Dolopo Madiun (Mursyid Tarekat Qubrowiyyah), Buya
Dimyati Cadasari Banten (Mursyid Tarekat Syadziliyyah), Mama Kyai Haji
Muhammad Qosim Astana Gunung Jati
Cirebon (Mursyid Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah), Mama Kyai
Haji Abdullah Abbas Buntet Cirebon (Mursyid Tarekat Syathoriyyah) serta
Buya Tubagus Jauhari al-Bantani Kelapa Dua Jakarta (Mursyid Nurul Amal)
yang telah memberikan pencerahan-pencerahan dalam kalbu saya.
Terima kasih khusus berhak
dipersembahkan buat Hadratusy Syeikh Hamim Jazuli Ploso-Mojo Kediri (Mursyid Tunggal Majelis
Sema’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin) dan Rama Sayyid
Rahmat Iman Kusumadibrata Cirebon (Mursyid Majelis Hayatul Awwal).
Beliau berdua yang telah menjadi guru spiritual penulis selama puluhan tahun.
Kebanyakan dari apa yang penulis ketahui mengenai “kehidupan” penulis
pelajari darinya. Beliau juga yang pertama menekankan nilai menjadi “seorang
lain dari pada yang lain” dan telah membimbing
untuk lebih menggalakkan “ibadatul qalbi”
dan “eling maring Allah”. Beberapa
komentarnya yang berkaitan dengan kesejarahan dan situs makam di Jawa telah
memberi spirit moral dan intelektual untuk meneruskan proyek riset ini. Juga kepada Habib Luthfi Al-Yahya, Ulama Khawwash asal kota batik Pekalongan
yang juga Mursyid Tarekat Syadziliyyah,
penulis juga mengucapkan terima kasih.Tanpa disadari Ulama yang masih keturunan
Nabi Muhammad Saw ini begitu bersemangat mendiskusikan para Wali Jawa dan tokoh
tanah leluhur. Bahkan Habib menyarankan sejarah Para Wali jangan ditulis melulu
aspek mistis dan kleniknya saja, tetapi juga menyangkut sejarah sosial dan
intelektual mereka.Komentarnya ini diam-diam memberi energi buat penulis untuk
menulis risalah kecil ini.
Rasa terima kasih ini juga ingin
penulis haturkan kepada Mbahe para Sarkub “santri
kuburan”, Mbah Kyai Shobib Jepara.Untuk
profesi yang satu ini belum ada yang menyamai rekornya yang dari ujung timur
alas purwo Banyuwangi sampai ujung kulon Banten, dalam kurun lebih 40 tahun
pernah beliau jelajahi. Secara terbuka sosok yang dikenal suka “berkelakuan nganeh-ngenehi ini” ini
begitu ikhlas menunjukkan situs-situs purbakala dan tokoh-tokoh tanah leluhur “wabil khusus di Jawa”.
Yang tidak kalah pentingnya pada
kesempatan ini, penulis juga ingin berterima kasih secara tulus kepada K.H.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang
dengan senang hati menerima penulis baik di kantornya PBNU Jakarta di
Kramat Raya dan di kediamannya di Ciganjur maupun di lokasi-lokasi khusus
untuk wawancara seputar kesejarahan para
penyebar Islam di Indonesia. Beberapa komentarnya tentang keislaman Raja-raja
Jawa diakhir pemerintahannya semisal Sri
Prabu Jayabaya, Mahapatih Gajah Mada, Prabu Brawijaya, dan Prabu Siliwangi,
sangat berharga buat penulis. Ia lebih dari seorang mantan Presiden atau Kyai,
tetapi juga sahabat yang ditengah kesibukannya yang luar biasa, terus mendorong
agar penulis bersemangat dalam menggali
proyek penelitian ini.
Hutang terbesar saya kepada
keluarga besar Kanjeng Kyai Ageng Muhammad Besyari Tegalsari Ponorogo, Kyai
Haji Syamsuddin, Kyai Haji Qomaruddin dan Mbah Imam Soeja’i sesepuh masyarakat Tegalsari dan mBahe para
Warog Ponorogo. Tanpa bantuan mereka saya tidak akan bisa tinggal didalam
lingkungan tembok-tembok pondok pesantren tersebut, yang terbukti nanti sangat
penting untuk penelitian saya. Saya tidak cukup mengucapkan terima kasih atas
jasa mereka, Mbah Qurmen, Mbah Gandung, Mbah Kacung, Mbah Muslim, Mbah
Latif, dan Mbah Sahid adalah sesepuh dan informan utama saya dan menerima
kehadiran saya di komunitas mereka , memberikan kesempatan saya untuk
mempelajari “kitab-kitab telesannya” antara lain: kitab Akmaliyyah,
Syathoriyyah dan Rifa’iyyah, Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Untuk semua ini
saya selalu berterima kasih.
Hutang budi lainnya yang pantas
adalah untuk para rekan-rekan yang membantu
dalam proses penulisan dan pengetikan naskah ini, sangat saya hargai.
Disamping itu penghargaan saya kepada para Juru Kunci di seluruh tempat-tempat
keramat di pulau Jawa, Madura, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Terima kasih juga
dihaturkan kepada Dewan Pendiri Yayasan Madinatunnajah
Al-Mahmudi yang menerima
naskah saya untuk di edit dan memberikan sangat banyak atau hikmah kepada
penulis, dan membagi pengetahuannya dengan saya mengenai penulisan naskah.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa
studi ini hampir mustahil terwujud tanpa partisipasi dari banyak pihak terutama
pihak-pihak yang bersedia menjadi pendorong proyek penelitian ini. Karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
atas partisipasinya “mengompori”
penulis untuk mempublikasikan karya ini ke hadapan khalayak masyarakat yang
lebih luas dalam bentuk buku. Masih banyak lagi nama yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Karena pada dasarnya, buku ini
adalah karya banyak orang. Sekecil apapun sumbangan pemikiran, saran, pendapat,
moril dan materiil telah diberikan, ia memiliki nilai yang teramat besar. Untuk
itu, saya tiadak bisa memberikan balas jasa yang setimpal selain harapan dan
doa semoga Allah Swt, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
orang-orang yang telah memberikan jasa besar dalam karya ini.
Allahu ya’khudzu biaidina ila
ma fihi khaerun lil islam wal muslimin
kalo mau kenal dg penulis ,caranya
BalasHapus